Untuk Lelaki di Pagi Buta Kemarin
Oleh: Mila athar
Aku tidak percaya. Kamu hadir di antara memoriku yang sedang kacau balau kemarin. Barangkali kau menampakkan diri untuk membuatku memikirkanmu kembali. Seperti biasa, dengan lengkungan bibirmu yang menawan hati. Tetapi sayang, aku tak tertawan. Walau aku meragu. Pun juga sayang, lengkungan indah itu juga bukan untukku. Kau mempersembahkannya untuk yang lain. Perempuan berparas ayu, bukan aku.
Aku dan kamu takkan pernah menjadi nyata. Bahkan kenyataan itu untuk yang kesekian kali. Aku menerimanya dan diam mencoba menata hati. Namun, mengapa kau hadir di pagi buta kemarin.
Kau dengan kemejamu seperti biasa, masih dengan pesona yang sama. Namun aku tak terpesona, mungkin. Lagi pula, pesona itu juga kau tujukan untuk yang lain. Bahkan dalam khayalan asaku sendiri saja, kau tak sudi menatapku.
Dan disini, aku hanya mengurai rasa dan berharap kau enyah saja. Perasaan dalam dadaku ini menjadi rumit, hanya dengan sekali melihat sosokmu. Maka, aku mencoba berpaling. Karena dengan satu pandangan saja, maka dadaku akan berdetak tak tertata. Lagi pula, aku tak mengharap kau akan dengan riang menyapa.
Kau selalu memikat dengan segala tuturmu. Bagaimana kau memandang dunia dari kacamatamu sendiri. Sebenarnya kuharap, walau sedikit saja, kau menyadari keberadaanku. Meskipun untuk kesekian kali, aku tak menjadi pemeran utama dalam episode hidupmu. Duniamu memilih aku tak berada di dalamnya.
Pagi buta kemarin sebetulnya mungkin menjadi pertanda. Alam tak merestui aku dan kamu. Bagaimana akan memberi restu, jika perasaan itu hanya aku, bukan kita. Dan aku tak pantas menyalahkan siapa-siapa.
Aku tak pernah tahu, mengapa bisa detik itu aku mengenalmu. Tak pernah bercakap, namun seolah dekat. Aku merasa lengkap meski kita belum sempurna bersua. Aku merasa senang, meski hati kita belum saling mengenggam. Ada sering kali, aku membahas sesuatu yang ternyata kau juga membahasnya. Lalu hati ini mulai berangan-angan bahwa kita memiliki kesamaan. Akan menjadi indah jika kita saling berpegangan, karena kita memiliki satu tujuan.
Meski sekali lagi, aku tahu dan sangat hafal. Angan tak seindah kenyataan. Angan hanyalah ilusi yang memperpanjang harapan. Harapan kosong yang berujung kesakitan. Tetapi tetap saja, aku terjebak untuk yang kesekian.
Atau barangkali Tuhan ingin aku berkaca. Tak pantas menaruh rasa selain pada-Nya. Pada kamu yang tidak pasti. Karena ketidakpastian hanya akan merumitkan perasaanmu sendiri. Aku mengalaminya, maka kau jangan mencobanya.
Tuhan memberikan tanda, lewat hadirmu di pagi buta kemarin. Kukira kau akan menghampiriku. Namun tetap saja, langkahmu tertuju untuk yang lain. Perempuan, yang bahkan tak pernah kupikirkan akan kau pilih. Ini aneh, namun aku mencoba menerjemahkannya. Mengapa kau memilih dia? Mengapa bukan aku? Mengapa tak berjalan sesuai kehendakku. Kalau boleh, aku ingin meletakkan ruang hatimu, hanya untukku saja. Meski aku meragu, ruang hatimu ada namaku di dalamnya.
Oh, jika ini masih tak berjalan sesuai rencana, maka tetap saja. Aku harus menikmati skenario ini. Dan sorenya aku melihat langit yang merona. Merona merekah menenteramkan jiwa. Ah, dunia masih indah hingga akhirnya. Meski segala rasa ini dan kehadiranmu itu, hanya dalam bunga tidurku saja. Lelaki di pagi butaku.
Mila, biasa menggunakan nama pena Mila Athar. Gadis Jawa yang saat ini masih belajar menulis. Memiliki keinginan bisa menebar manfaat lewat tulisan. Sangat suka membaca. Baginya membaca bukanlah hobi tapi menjadi bagian dari kewajiban. Membaca juga merupakan asupan gizi bagi seorang penulis. Saat ini sangat berharap bisa bergabung lewat berbagai forum kepenulisan untuk memperkaya wawasan dalam dunia tulis menulis. Jika ingin berteman bisa lewat FB: Mila Athar
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata