My First Love, Arya
Oleh: Mas’amah
“Hai, Ca,” sapa Kak Arya.mengagetkanku yang tengah duduk melamun di ruangan kelasku.
“Apa?” jawabku ketus.
“Sendirian aja, mana pasukan kamu?” katanya meledek.
“Ke kantin.”
“Kok kamu enggak ikut?” tanyanya lagi.
“Harus kujawab, ya?”
“Hehehe. Enggak juga sih, Ca.”
***
Bel istirahat berbunyi. Aku berencana pergi ke kantin bersama teman-temanku. Namun, baru sampai pintu kelas tiba-tiba Raka menarik tanganku. “Kak Raisya. Tadi kata Kak Arya, temuin Kak Arya di taman sekarang juga, ada yang mau dibicarain. Penting katanya.”
“Oh iya, makasih ya,” kataku sambil tersenyum.
“Cie … kakak kelas idamannya ngajak ketemuan,” Rani, salah satu temanku meledek.
“Apaan sih. Ya udah aku temuin Kak Arya dulu ya,” pamitku salah tingkah. Bahkan dalam perjalanan menuju taman pun aku juga masih salah tingkah. Jantungku berdebar. Bertanya-tanya hal penting apa yang mau Kak Arya bicarakan. Apa jangan-jangan dia mau nyatain cinta?
Sesampainya di taman aku dapati Kak Arya duduk menungguku. Wajahnya berseri-seri seperti orang jatuh cinta. Ya, serupa wajahku saat asyik memikirkannya.
“Raisya sini, ada yang mau Kakak bicarain,” kata kak Arya sambil melambaikan tangannya kepadaku. Aku berjalan setengah berlari menghampirinya dan duduk di kursi kosong di sampingnya. Jika saja ini serial drama Korea, mungkin akan ada adegan bunga atau daun jatuh, mendarat di kepalaku dan Kak Arya akan mengambilkannya, lalu kami tersipu malu. Ah, sayangnya ini dunia nyata, bukan drama. Lagi pula kami juga tidak sedang berada di Korea.
“Ada apa ya, Kak?” tanyaku sedikit gugup. Jujur saja, aku sudah suka Kak Arya sejak kelas 5 SD dan sampai sekarang, saat aku duduk di kelas 2 SMA, perasaan untuk kakak kelas yang setingkat lebih tua dariku itu masih ada. Kak Arya adalah cinta pertamaku.
“Gini, Ca. Hmm, sebenarnya Kakak sukaa samaaa …,” kata Kak Arya sambil matanya memutar. Sepertinya dia malu untuk mengutarakan perasaannya kepadaku. Dia pasti sedang mencari kalimat yang tepat agar pernyataan cintanya tidak berakhir dengan penolakan dariku. Aku tersenyum memandangi tingkatnya. Ternyata selama ini cintaku tidak bertepuk sebelah tangan
Ah, enggak Kak Arya, aku gak akan nolak Kakak, kok. Suer!
“Aku suka Kalila, sepupu kamu,” lanjut kak Arya.
Deg!
Jantungku terasa hampir copot dari tempatnya. Pertahananku roboh. Hatiku hancur berkeping-keping. Bagaimana bisa laki-laki yang sejak dulu aku idam-idamkan, yang selalu memberikana perhatian kepadaku, ternyata mencintai sepupuku sendiri. Namun, aku juga tidak berhak cemburu. Tidak ada ikatan apa-apa di antara kamu. Dan wajar saja kalau Kak Arya suka kepada Kalila. Kalila itu cantik, pintar, dan kaya. Kalila juga sangat baik dan ramah. Dia juga pernah memenangkan Olimpiade Matematika Tingkat Nasional. Jadi bukan hal yang aneh jika banyak laki-laki yang ngantri untuk jadi pacarnya, dan itu termasuk Kak Arya.
“Ca, kok ngelamun?”
“Eh iya, Kak. Maaf, jadi gimana ya?”
“Hmmm, Kakak minta tolong ya, comblangin Kakak sama Kalila. Kakak udah bener-bener jatuh cinta sama Kalila, dan bingung gimana supaya bisa dekat sama dia apalagi bisa jadi pacarnya. Kamu kan, udah Kakak anggap sebagai adik kakak sendiri,” kata Kak Arya setengah memohon.
“Oh iya, Kak. Aku coba ya,” jawabku sambil pura-pura tersenyum.
“Makasih ya, Ca,” ucapnya dan langsung memelukku meski tak aku balas pelukkannya. Untuk pertama kali, berada di sisi Kak Arya ternyata bisa sesesak ini.
***
“Hai, Caaa,” sapa Kak Arya dan Kalila berbarengan saat memasuki ruang kelasku.
“Eh, kalian?” Aku tersenyum lebar meski rada dipaksakan.
“Kami udah jadian loh, Ca,” kata Kak Arya yang duduk di kursi depan mejaku. Di sampingnya Kalila memaerkan cincin yang melingkar di jarinya. Memang bukan cincin emas atau berlian, hanya cincin biasa, tetapi aku tahu dia sangat bahagia. Sebahagia aku membayangkan jika saja cincin itu melingkar di jariku. Cincin pemberian Kak Arya.
“Oh, selamat ya. Cie … yang baru jadian,” kataku, mengulurkan tangan kepada Kak Arya dan Kalila.
“Makasih ya, Ca, buat semuanya.” Kak Arya menyipitkan matanya sejenak. Sebuah kode kalau dia berterima kasih tentang info yang aku berikan soal isi buku harian Kalila. Aku membalasnya dengan senyuman dan memintanya untuk menjaga sepupuku baik-baik.
***
Semoga suatu saat aku bisa menemukan kebahagiaanku sendiri
Mungkin ini adalah suratan takdir yang harus kujalani
Melihat orang yang kucintai bahagia dengan orang lain
Tapi … tak apa
Aku akan menerimanya dengan lapang dada
Walaupun itu sangat sulit
Mungkin benar kata orang
Bahwa cinta pertama itu sulit untuk dilupakan
Awalnya aku tidak percaya
Sebelum aku mengenal dirimu
Iya … kamu yang membuatku merasakan indahnya jatuh cinta untuk pertama kalinya
Kamu yang membuatku rela melakukan hal-hal bodoh hanya untuk mendapatkan perhatianmu
Kamu yang tak pernah lepas dari pandanganku
Kamu yang selalu hadir di mimpiku
Dan kamu yang selalu kuharapkan untuk menjadi teman hidupku
Mas’amah, seorang gadis kelas 3 SMP yang bercita-cita menjadi penulis.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata