Father-less
Oleh: Respati
Anda seorang ayah? Seberapa dekat Anda mendampingi proses perkembangan anak? Apakah ada waktu Anda bersama pasangan dalam mendampingi tumbuh kembang anak? Atau menyerahkan bulat-bulat pengasuhan anak kepada ibunya dengan alasan tidak punya waktu?
Generasi Z yang dibesarkan di tengah gempuran internet, lebih menyukai teks dibandingkan verbal. Mengungkapkan perasaan di dinding media sosial ketimbang dengan orangtuanya.
Lihatlah mereka lebih khusyuk dengan gawainya ketimbang bercengkerama dengan keluarga. Mereka memang makan malam bersama, bertamasya bersama, tetapi hanya secara fisik.
Seorang anak—generasi Z—berada di samping kedua orangtua bukan secara psikologi. Dan ini biasanya terjadi jika ayah dan ibunya terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Tak jarang anak tumbuh dewasa tanpa kehadiran ayahnya.
Sosok seorang ayah sangat penting menjadi teladan perkembangan anak. Mereka memberi pembawaan sendiri sehingga apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan oleh anak atas gerak-gerik dan ucapan yang disampaikan ayahnya memberi pengaruh besar untuk masa depannya. Jadi, jangan sampai mereka seperti seorang yatim karena mereka fatherless.
Pernah membayangkan fenomena LGBT atau penyimpangan perilaku lainnya, justru dipicu dari dalam (keluarga) bukan dari luar? Ke mana kita sehingga hal sedemikian fatal yang menjangkit anak kita terlambat kita sadari?
Andai benar kita punya peran, lalu apakah masih juga menunda waktu mengajaknya berbincang, mengajaknya salat berjemaah di masjid/beribadat di tempat peribadatan sesuai dengan agama yang diantu, bersepeda keliling kampung sama-sama dan mengerjakan banyak hal bersama lainnya?
Anak lelaki kita kelak akan menjadi pemimpin, minimal pemimpin rumah tangga. Dan anak perempuan kita kelak akan menjadi ibu rumah tangga. Lantas apa jadinya kalau mereka mengamati bahwa seorang ayah hanya berperan sebagai penyedia kebutuhan tanpa tahu apa sebenarnya yang mereka butuhkan. Barangkali ini akan menjadi suatu hal yang menular. Disadari atau tidak, mereka akan meniru dengan menjadi orangtua yang tanpa peduli dengan tumbuh kembang anak-anak mereka. Sehingga ini akan menjadi sebuah lingkaran. Tak berujung.
Oleh karena itu. Sebelum hal ini menjadi sesuatu yang tidak dapat kita perbaiki nantinya, ada baiknya kita mulai mengoreksi diri dari sekarang. Apakah kita sudah menjadi orangtua yang baik atau belum? (*)
Airmolek, 30.11.2018
Susi Respati, penyuka cerita horor, namun sering ketakutan sesudahnya. FB: Susi Respati Setyorini.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata