Pendidikan Seks Bagi Anak dalam Perspektif Islam

Pendidikan Seks Bagi Anak dalam Perspektif Islam

Pendidikan Seks Bagi Anak dalam Perspektif Islam
Oleh: Dyah Diputri

Di antara bentuk tanggung jawab yang dipikul orangtua terhadap anak-anaknya adalah mencegah mereka dari segala sesuatu yang dapat merusak ataupun memberi pengaruh buruk terhadap mereka.

Nah, dewasa ini pendidikan seks menjadi salah satu cara menghindarkan anak-anak dari fenomena pelecehan seksual, walaupun bagi sebagian orangtua hal ini dianggap masih dianggap tabu.

Padahal, sejatinya pendidikan seks bukanlah dengan bahasa vulgar dan gambar-gambar eksplisit yang justru mengakibatkan anak ingin mencoba dan melakukan. Bukan juga tentang bagaimana orang dewasa melakukan hubungan, karena masalah ini sebenarnya adalah ilmu fitrah. Tanpa diajarkan pun, kelak pada fasenya mereka akan mengerti dengan sendirinya. Selain itu, pendidikan seks tidak serta-merta diajarkan dalam satu rentang usia, melainkan secara perlahan sesuai dengan perkembangan usia buah hati.

Mengapa harus pendidikan Islam? Karena pada hakikatnya, pendidikan Islam berdasarkan pedoman Alquran dan Hadis bertujuan untuk membantu perkembangan manusia lebih baik, sebab manusia terlahir dalam keadaan fitrah (tauhid).

Lalu, pendidikan seks yang bagaimanakah yang diajarkan dalam Islam. Berikut beberapa contoh:

  1. Menanamkan rasa malu kepada anak. Berikan penjelasan kepada anak bahwa anak memiliki keistimewaan aurat. Tidak layak baginya untuk berpenampilan terbuka di depan siapa pun. Biasakan mereka berpakaian walau saat keluar dari kamar mandi. Pendidikan ini bisa diterapkan sejak usia dini. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan sifat menjaga diri dan malu, serta mencegah orang-orang amoral bertindak amoral terhadap mereka.
  2. Tumbuhkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki oleh ayah dan jiwa feminitas pada anak perempuan oleh ibu, sejak dini pula. Jangan biarkan anak laki-laki berdandan dan bersikap seperti perempuan, begitu pun sebaliknya. Orangtua pun juga harus memberikan pakaian sesuai jenis kelamin anak-anaknya.
  3. Memisahkan tempat tidur mulai dari usia tujuh tahun. Dalam hal ini, orangtua mengajarkan anak akan eksistensi perbedaan jenis kelamin. Bisa juga melalui pendidikan salat, di mana anak mulai mengerti bahwa saf anak laki-laki dan perempuan tidak boleh satu tempat.
  4. Mengenalkan waktu berkunjung. Anak tidak diperbolehkan masuk ke kamar orangtua pada waktu tertentu; sebelum salat subuh, pada tengah hari, dan selepas isya. Pendidikan seperti ini akan mengajarkan anak mengenai sopan santun, juga agar mereka memiliki nilai etika luhur.
  5. Memberi pemahaman jenis kelamin dan cara menjaga kebersihan alat vital mereka. Tekankan pada anak bahwa tidak ada yang boleh melihat alat kelamin selain diri mereka sendiri dan orangtua. Ajari anak toilet training sejak usia dua tahun. Juga tata cara membersihkan alat kelamin yang tepat. Hal ini bertujuan agar anak bersikap hati-hati dan mandiri, mencintai kebersihan, menguasai diri, disiplin, serta etika sopan santun ketika buang hajat.
  6. Mengenalkan muhrim kepada anak. Hal ini bertujuan untuk menanamkan pemahaman bahwa tidak semua orang adalah muhrimnya. Ketika berwudhu, anak akan mengerti bahwa bersentuhan dengan orang lain yang bukan muhrimnya pun bisa membatalkan wudu. Begitu juga dengan larangan menikahi wanita yang masih menjadi muhrimnya.
  7. Menjaga pandangan mata. Ajarkan anak untuk menjaga pandangannya terhadap siapa pun yang bukan menjadi muhrimnya. Jauhkan pula anak-anak kita dari gambar-gambar, film, dan buku bacaan yang mengandung pornografi dan pornoaksi.
  8. Tidak ikhtilat. Yang artinya bercampur-baur antara laki-laki dan perempuan tanpa adanya keperluan yang dibutuhkan.
  9. Menghindari khalwat. Yakni berduaan saja di tempat-tempat tersembunyi. Selain untuk menimbulkan fitnah, khalwat juga bisa menjerumuskan anak-anak pada kegiatan yang negatif.
  10. Berhias sesuai etika. Pada pertumbuhan usianya, biasanya anak gadis akan mulai berdandan/berhias dengan tujuan menarik perhatian lawan jenisnya. Orangtua khususnya ibu berperan penting memberi pengertian agar anak berhias sesuai etika, sederhana dan wajar sesuai usianya.
  11. Ihtilam dan haid. Untuk ayah diharapkan mendampingi putranya ketika masa ihtilam (masa balig pada anak laki-laki). Juga ibu pada saat putrinya haid. Pada momen ini anak-anak harus mulai belajar tentang mandi besar juga menjaga diri lebih protektif sebab mereka mulai terikat pada syariat agama dan harus bisa bertanggung jawab atas hidupnya sebagai hamba Allah.

Demikianlah contoh pendidikan seks untuk anak dalam perspektif Islam. Pada dasarnya, orangtua sangat berperan penting dalam edukasi ini. Tugas besar orangtua haruslah pandai bicara dan berkomunikasi pada anak. Usahakan segala informasi tidak bersifat kebohongan. Jujur dan transparan namun tetap dalam pertimbangan usia buah hati kita. Apabila mulai kesulitan untuk menjelaskan kepada anak, maka berhentilah sementara. Beri pengertian kepada mereka bahwa Anda pun masih belajar dan mencari tahu, kelak pada saatnya Anda akan membagi ilmu lagi kepada mereka.

Semoga anak-anak akan tumbuh seperti apa yang orangtua harapkan. Tetap berusaha menjadi orangtua yang bisa diteladani untuk membentuk karakter anak yang baik pula.

Sumber: The Asian Parenting

Malang, 21 November 2018.

Dyah Diputri, pecinta diksi yang tak sempurna

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata