SURAT SUNYI 5
: Mata Sunyi dan Kesakitan yang Indah
(Alvin Shul Vatrick)
/1/
Mata itu …
mata sunyi,
tak mampu lagi
melihat sesuatu dalam
kebisingan dunia kecuali
apa yang ada dalam sunyi itu.
Hanya menyaksikan kejadian jiwa kita,
apa yang dilihatnya menjadi bagian
dari sunyi itu sendiri.
Kemarin,
mata itu menyaksikan
sesuatu tentangmu!
Tapi tak ingin mengatakannya kepadamu,
biar menjadi rahasia perjaka mimpi,
entah aku bisa atau tidak.
Karena tetap saja aku butuh mata lain
untuk bercerita dan berbagi kesaksian.
/2/
Setidaknya mata itu
berkata, “Lihatlah di sana,
dinding-dinding kesunyian
menampilkan lukisan wajahmu
dalam pigura langit!”
Detik menggelinding
di ujung jarum jam,
lukisan-lukisan wajahmu
menggantung-gantung di mataku.
Lukisan itu memperhatikan tingkahku,
aku mendekatinya. Ah, ia membelakangiku
setiap aku tepat berada di hadapannya.
Maka kupilih beringsut beberapa depa
sedikit menjauh, biarlah.
Tak apa sedikit jauh,
asal mata ini dapat menikmati
indah lukisan wajah itu
hingga musim dingin tiba.
Ia akan memintaku untuk memeluknya,
kutahu ia takut kepada dingin.
/3/
Dingin itu
adalah sebuah kesakitan,
ia merasuk hingga ke dalam tulang-tulang.
Menikam bagai kematian.
Tetapi, kesakitan-kesakitan dalam sunyi
adalah nikmat teramat berharga.
Kasakitan-kesakitan
telah mempertemukanku dengan kebahagiaan.
Aku mencintai kesakitan-kesakitanku
dan membuat jiwaku tenteram,
di saat itulah damai kunikmati.
Aku menemukan jiwaku
lebih akrab dengan yang tak nyata
daripada kebendaan.
Dalam kesakitan-kesakitan itu
aku menjadi angin yang mengembara
menuju lembah-lembah dan
gunung-gunung bermitos.
Kesakitan-kesakitan
yang mendekatkanku
dengan senyuman.
Tahukah engkau
betapa rinduku ingin melahap habis
kesakitan-kesakitan di mata sunyi kita.
Hingga kesakitan-kesakitan itu
menjadi kekuatan paling kekar
menghadapi kebisingan ruang dan waktu.
Luwu, 9 Oktober 2018
Alvin Shul Vatrick, lahir di Luwu Sulawesi Selatan, 18 Oktober 1977. Karya-karyanya dimuat oleh beberapa media harian dan media online. Menggagas lebih dari dua puluh buku antologi puisi bersama. Telah menerbitkan empat buku puisi tunggal berjudul Sepisau Rindu (FAM Publishing, 2017), Gending Sunyi (FAM Publishing, 2018), Wasiat Sunyi (Penerbit Rose Book, 2018), Risalah Sunyi (Penerbit Rose Book, 2018). Penulis aktif mengikuti kegiatan sastra dan budaya sebagai Ketua Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia wilayah Sulawesi. Kegiatan lain, menjadi editor di dua penerbit indie yakni FAM Publishing dan Penerbit Rose Book.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata