Mimpi Penyair Tua
Oleh: Nurul Istiawati
Tantangan Lokit 8 (Mimpi)
Darto memang aneh. Terkadang ia tak kelihatan seperti penyair. Rambutnya tak sepanjang penyair pada umumnya. Berwarna putih karena termakan usia, lurus, dan tak beraturan, hampir sama seperti kelakuannya.
Lelaki itu sangat menyukai kopi dan segala kepahitan. Ia sama sekali tak suka sepi, meskipun sepi adalah bagian dari puisi. Jika keluar rumah, penyair tua Darto selalu memakai topi cokelat. Senada dengan warna kulitnya.
Ia takkan tenang bila sehari saja tak bergelut dengan kata-kata. Hampir setiap saat yang dibawanya adalah buku, buku puisi tentunya.
***
Malam ini Darto menghadiri acara kesastraan. Seperti biasa, ia memakai topi cokelat dan kaus sederhana. Darto diminta mengisi acara dengan membacakan puisi. Panitia meminta agar Darto membacakan satu puisi karena melihat kodisi Darto yang telah renta. Tetapi Darto menolak. Ia bersikukuh membacakan lima puisi tanpa jeda.
Di panggung pementasan, Darto membacakan puisi pertama yang berjudul “Suatu Malam dalam Ingatan”. Pembacaan puisi Darto berhasil membuat perempuan di sudut ruangan terisak-isak. Riuh tepuk tangan menggema di seluruh ruangan seusai Darto membacakan puisi.
Pembacaan puisi selanjutnya, Darto tampil sangat energik dan penuh luapan emosi. Suaranya lantang dan kencang seolah darah mudanya kembali mengalir. Tanpa jeda, ia bergerak ke sana-kemari menjiwai puisi yang dibacanya. Sampai pada puisi terakhir, tubuh renta Darto ambruk. Ia tergeletak lemas seperti ikan yang terdampar.
Awalnya para penonton mengira itu bagian dari pertunjukan. Tepuk tangan panjang menggetarkan seisi ruangan. Tepuk tangan berakhir namun tubuh Darto tak kunjung bangkit. Ruangan menjadi hening seketika. Orang-orang saling bertanya apa yang terjadi pada penyair tua itu.
Salah satu panitia menghampiri tubuh Darto, lalu menempelkan telinga di dada Darto.
“Jantungnya sudah tak berdetak!” teriak orang itu.
***
“Ah, sial! Ternyata hanya mimpi,” ucap Darto.
Dua bulan ini, Darto memang berkeinginan untuk mati. Namun bukan kematian yang biasa. Ia ingin mati dalam pembacaan puisi. Ia ingin menyusul kekasihnya yang mati dan abadi dalam bait-bait puisi. (*)
Pemalang, 23 Oktober 2018
Nurul Istiawati, gadis berusia 17 tahun yang hobinya dengerin musik klasik.
FB: Nurul Istiya
IG: @nrlistiya05
Tantangan Lokit adalah lomba menulis yang diadakan di Grup KCLK
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata