Syahid
Oleh: Wewe
Lelaki itu mendekapku, di antara teriakanku yang menggila. “Aku ingin syahid, biarkan aku syahid.”
Rumah sakit itu lengang. Sepi. Teriakanku mendominasi. Beberapa perawat berlari, seseorang di antaranya membawa suntikan tajam. Membiusku dengan sesuatu yang menenangkan.
Perutku masih membuncit. Ada dua napas dalam balutan rahimku. Bergerak ke sana-kemari. Menendang dengan geliat lembut nan memikat. Aku begitu mencintainya. Begitu menginginkannya, namun di awal kehamilan dokter memberiku banyak vonis. Septicmia … yang nyaris merenggut nyawaku. Yang beberapa kali merenggut bayi-bayiku, selalu menjadi sebab aku menangis lagi. Kali ini aku berontak.
“Biar Dok, aku akan mempertahankan seberapa kuat kali ini, aku bisa menahan nyerinya.”
15 minggu berselang. Bayi-bayi dalam perutku senantiasa menggeliat di pagi hari. Biruku semakin lebam. Tendangan bekas semalam menyisakan perih. Menggelembung, ibarat air sabun yang hendak tumpah dari wadahnya.
“Ibu, kalau pembuluh di nadi Ibu pecah, Ibu bisa mati.”
“Tak mengapa, Dok, asal anak-anakku selamat.”
“Bagaimana mereka bisa selamat. Jika Ibu mati, mereka juga akan mati.”
“Saya harus bagaimana, Dok?”
“Bayi Ibu harus dikeluarkan, Ibu harus minum kembali obatnya. Jika Ibu sehat, Ibu bisa ikhtiar hamil kembali.”
“Itu bualan semenjak kehamilan kedua saya, Dok. Buktinya sudah berapa kali tapi saya tak kunjung sembuh.”
Perdebatan kami berakhir. Lelaki yang kusebut suami masih terus memegangi tanganku. Menunggui detik-detik bayiku yang belum siap lahir dikeluarkan paksa. Melihat betapa beberapa bagian tubuhku dikoyak dengan sayatan pisau-pisau tanpa iba.
“Istighfar, Dek, baca apa pun yang kau bisa.”
Aku cuma bisa menggeleng pelan. Tak ada satucpun yang kuingat, selain geliat mungil lembut bayiku dan niatku untuk syahid. Aku terpuruk di antara tanah membasah. Ketika aku berpikir ini penghabisan usiaku, melangkah sebaik-baik niatanku. Kenapa tak Kau izinkan aku menjadi syahid dalam balutan rengekan bayi-bayi kami.
Wiwin Isti, yang gagal berkali menjadi Ibu karena septicmia.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata