Potongan Ranting
Oleh: Eni Ernawati
Di ujung ranting kepercayaan yang hampir patah
Bergelayut cinta penuh pasrah
Kasih tak tercurah
Tersapu angin tak tentu arah
Daun-daun meronta tanpa ragu
Layu di pelupuk sendu
Di antara deru desah waktu
Terbuang ikhlas bak menebas debu
Akar sayang perlahan putus
Kian hari kian pupus
Bagai hidup di lahan tandus
Mati sebab tak terurus
Potongan ranting tersimpan rapi
Bukan untuk mengenang sampai mati
Akan tetapi akan menjadi bukti di kemudian hari
Bahwa kau bukan pria sejati
Kerangka Lara
Nuansa hari memekik akut
Pikiran pun kalut
Hati seakan berkabut
Bara amarah berkemelut
Daku terpaku
Perih menatap pergimu
Tanpa sebilah ragu
Menyisakan sebongkah pilu
Kerangka lara begitu kokoh
Waktu tak sanggup merobohkan
Melupa tak semudah ucapan
Menyiksa memang
Terdiam memeluk bayang
Berselimut sayatan kesakitan
Bergumam dalam angan
Mengapa dikau tega meninggalkan
Cobalah, Tuan
Tuan
Cobalah tatap uap asap kopi di depanmu
Serupa itulah aku
Meliuk pergi tanpa ditahan
Tuan
Cobalah sesekali buka bukuku
Ejalah kata yang tertera tanpa dosa itu
Semua tentangmu
Tuan
Cobalah cicipi kopimu
Setelah kepergianku
Tak lagi nikmat bukan?
Entah
Seberapa banyak buku
Yang usang tak kentara
Menceritakan kopi beraroma lara
Senja dan Burung Dara
Kutatap lekat senja di ufuk sana
Membias menghias angkasa
Bagai putri berbalut kebaya
Anggun nan sedap dipandang netra
Semburat jingganya menenangkan
Sayang, aku menikmatinya sendirian
Aku tak bisa berceloteh riang
Karena burung dara memilih terbang
Detik ini pun ia tak kunjung mengirim kabar
Kepakkan sayapnya masih terdengar
Tapi aku tak berhak untuk mengejar
Dia melarangku untuk bertanggar
Seutas tanya kulempar pada senja
Mengapa dara berdusta
Apa aku teramat cela
Namun senja diam saja
Senjaku membisu
Membiarkan aku dirundung pilu
Sebab aku enggan mencari tahu
Terkoyak rancau bagai sembilu
Aku merasa
Senja jua burung dara seolah bekerja sama
Mengurung aku pada renjana tanya
Aku lelah dibuatnya
Meskki senja terlihat akan segera terlelap
Aku masih ingin disini duduk disudut tanya
Menanti dara datang menyapa
Membawa cinta yang sempat tertunda
Kusimpan tanya untuk senja esok hari
Barang kali ia tak membisu lagi
Membantuku menjawab intuisi
Yang menjelaga di palung hati
Teruntuk senja dan burung dara
Aku menanti kalian esok tiba
Semoga kalian kembali seperti dulu kala
Berkolaborasi menciptakan bahagia
Eni Ernawati, penulis asal Bumi Wali yang menyukai musik.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata