Cara Membedakan “di” Sebagai Kata Depan dan Imbuhan
Oleh: Lily Rosella
Banyak dari kita yang sering keliru membedakan mana “di” yang merupakan kata depan (dipisah) dan mana yang merupakan imbuhan (disambung), bahkan ini tidak hanya terjadi kepada para pemula, melainkan orang-orang yang telah paham sekalipun. Mungkin faktornya adalah kurang teliti, kurang membiasakan diri, dan lainnya.
Sebenarnya ini cukup mudah mengingat “di-” hanya disambung jika ia bertemu dengan kata kerja dan kata sifat.
Contoh:
Aku harus menunggu lama karena sempat diselak oleh banyak orang.
Jangan lupa ikannya dibalik agar tidak hangus!
“Bukankah kemarin kau difoto olehnya?” tanyanya.
“Jangan ditinggal anak itu atau dia bisa hilang,” pesan Ibu.
“Cerita itu tidak sungguh-sungguh, hanya dikarang oleh orang tua pada masa lalu,” ucapmu.
Sudah sering dia disayang, tapi tetap saja tak kenal budi.
Sedangkan untuk “di” yang berperan sebagai kata depan ia harus dipisah dengan kata setelahnya. Dan ada dua kasus yang membuat “di” menjadi dipisah, yaitu:
1. Jika “di” bertemu dengan keterangan tempat
Contoh:
Gambarmu ada di foto berwarna hitam putih yang aku lihat kemarin.
Ibu sudah sampai di pasar pada pukul 09.00.
“Meski kau membekap mulutmu dengan kedua tangan, aku tahu kalau kau ada di balik pintu,” batin Ramzi.
Kemarin Ani sempat berfoto saat tiba di Karang Anyar.
“Pindahkan semua data di komputer ke flashdisk,” titah Bos.
2. Jika “di” bertemu dengan keterangan waktu.
Contoh:
Di malam hari kau berlari sambil meneteng sandal jepit.
“Apa kau menungguku di saat hujan begini?” tanyamu pada pria berkopiah itu.
Di suatu pagi yang cerah Anisa memandangi bunga-bunga mawarnya.
Ibu mencari Wulan yang belum pulang di waktu magrib.
Di tengah malam Aryo terbangun karena lapar.
Itulah beberapa contoh tentang “di” sebagai imbuhan juga kata depan, dan mungkin akan lebih mudah untuk kita mengingatnya jika dirumuskan seperti ini:
Di + kata kerja/sifat = disambung
Di + keterangan tempat = dipisah
Di + keterangan waktu = dipisah
Jelilah dalam membedakan mana keterangan tempat juga waktu dan kata kerja, serta telitilah dalam menulis. Koreksi berulangkali bila perlu, karena jika kita sebagai penulis saja malas untuk membaca ulang karya kita sendiri, lalu bagaimana bisa berharap orang lain akan suka untuk membaca karya-karya kita.
Semoga bermanfaat. ^^
Lily Rosella, gadis berdarah Sunda – Betawi yang kerap disapa Lily ini lahir dan besar di Jakarta. Penyuka dongeng dan cerita bergenre fantasi. Ia juga menyukai warna-warna pastel.
FB: Aila Calestyn / Lily Rosella
Email: Lyaakina@gmail.com
Grup FB KCLK
Halaman FB kami
Pengurus dan kontributor
Cara mengirim tulisan
Menjadi penulis tetap di Loker Kita