Acara Televisi dan Dampak Bagi Pemirsa
Oleh: Ce Mal dan Naafisa
Anak muda adalah bagian dalam masyarakat yang sangat berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Dengan banyaknya anak muda yang memiliki wawasan luas tentu mereka akan dengan mudah menciptakan atau menyalurkan beragam ide-ide cemerlang melalui banyak cara atau media, sehingga ini menjadi nilai lebih bagi negara kita dalam membentuk generasi yang cerdas dan terampil.
Namun sangat disayangkan, anak muda zaman sekarang lebih senang mengikuti perkembangan zaman yang—terkadang—salah tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu baik dan buruk dampak yang akan mereka terima nantinya. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Misalnya, tawuran, mabuk-mabukan, pacaran, dan lain sebagainya.
Entah apa yang membuat mereka menjadi seperti itu. Bisa jadi ini karena pola pikir mereka yang belum cukup dewasa, atau mungkin karena penyebab lainnya. Seperti acara-acara televisi—yang hampir semua menyajikan hal-hal—yang kurang mendidik, bahkan hampir sulit untuk kita menemukan acara yang ramah-tamah bagi anak-anak.
Setiap hari, televisi lebih banyak menayangkan acara-acara seperti sinetron, film televisi atau yang biasa disebut FTV, juga reality show yang hampir semua merupakan tayangan untuk orang-orang dewasa. Acara-acara seperti itu selalu saja diwarnai dengan hal serupa. Seperti, rumah tangga, percintaan, bahkan kebanyakan merujuk kepada pertengkaran dan perkelahian. Dan acara semacam ini ditayangkan sejak pagi hingga petang, dan sangat dominan saat malam.
Coba saja perhatikan dalam acara-acara di berbagai channel, kebanyakan dari mereka selalu menyiarkan hal-hal yang serupa. Bertemakan sama dengan judul yang berbeda juga dikemas dengan sedikit berbeda. Mereka berlomba-lomba untuk menarik minat penonton dengan menyajikan hal-hal—yang bisa dibilang—lebih banyak diminati dibanding memberikan warna tersendiri atau memikirkan baik-buruknya dampak dari tayangan-tayangan tersebut.
Dan tidak hanya acara-acara seperti itu saja. Bahkan kini berita-bertia yang disajikan di televisi atau surat kabar online menjadi sangat miris untuk dikonsumsi. Pasalnya kebanyakan dari berita-berita itu menyuguhkan kepada para konsumennya hal-hal berbau gosip, berita-berita yang terlalu didramatisir, serta beragamnya kasus pembunuhan dan pembantaian yang malah memiliki dampak buruk bagi para pemirsa.
Lantas bagaimana dengan nasib anak-anak di bawah umur yang juga—kadang—memilih untuk menghabiskan waktu senggang mereka sekadar bersantai sambil memonton televisi? Tentu ini sangat memprihatinkan. Anak-anak akan menyerap apa-apa yang mereka lihat dan dengar, sehingga ini akan sangat memengaruhi pola pikir dan pola perilaku mereka. Mereka akan meniru hal-hal tersebut tanpa tahu dampak yang akan mereka terima nanti.
Tapi meski begitu kita—para orang tua—tidak perlu terlalu cemas atau melarang anak-anak untuk menonton televisi, karena masih ada sedikit channel-channel yang menayangkan acara berbau pendidikan serta acara-acara yang ramah untuk dikonsumsi anak-anak.
Adapun dalam menyerap pesan-pesan yang disuguhkan dalam acara-acara di televisi, maka di sini kita dituntut untuk memberikan bimbingan dan arahan sehingga anak-anak dapat membedakan mana yang baik dan buruk, juga benar dan salah.
Peranan orang tua dalam hal ini tentu sangat diperlukan. Selain untuk memberi arahan kepada anak-anak ini juga berguna untuk menjalin komunikasi dan ikatan yang kuat antara anak dan orang tua. Serta membuat daya tanggap dan cara berpikir anak-anak akan berkembang ke arah yang positif, dan membentuk mereka menjadi anak muda yang berwawasan.
Adi Ismail dan Naafisa, penulis yang lahir dan besar di dua kota berbeda. Saling mengenal sejak bulan Desember 2017 di salah satu grup kepenulisan yang ada di Whatsapp. Seorang siswa dan siswi SMA yang menyukai dunia literasi. Untuk lebih mengenal kedua penulis ini silakan hubungi melalui:
Adi Ismail > Fb: Ce Mal, Email: adiismail804@gmail.com.
Naafisa > Email: Nilnakaesan2001@gmail.com, Fb: Nilna Kaesan Nafis, IG: Nilna_Kaesan
Grup FB KCLK
Halaman FB kami
Pengurus dan kontributor
Cara mengirim tulisan
Menjadi penulis tetap di Loker Kita