Di Kaki Nurani
Dalam sanggar pelakon bertukar peran
Membidik rumpun kehidupan di bawah kaki tuan
Bertutur hendak memberantas ketidakadilan
Namun malang, malah sibuk menumpuk uang dan berlian
Dengan lembut meminta disambut
Mengumbar janji manis di telinga pengemis
Mengiming-iming surga dipindah ke dunia
Namun sayang, dihancur-leburkan kuasa
Para raksasa memakan berangkas dengan beringas
Memilin-milin takdir si renta, jelata, dan orang-orang tak berdaya
Sibuk menata dunia yang tak bernilai seberapa
Menjungkir-balikkan panggung dengan punggung
Apa telah hilang nurani di pagi hari
Hingga akal tak berlaku walau sejengkal
Sibuk beromong kosong bak anjing menggonggong
Mengaduk realita hingga hambar tak berasa
Apa sudah runtuh negeri dijejali dusta
Hingga kejamnya nyata tiada ubah bak neraka
Meronta-ronta para nestapa mengemis iba
Berjalan gontai dengan kaki yang terantai
Panjatkanlah doa pada Pencipta, agar congkak tak lagi merata
Panjatkanlah doa pada Pencipta, agar keadilan ditunjukan pada para melata
Panjatkanlah doa pada Pencipta, agar dikirimkan murka-Nya segera
Panjatkanlah doa pada Pencipta, agar dibumi-hanguskan dunia dalam sekejap mata
Bukankah bumi seperti ini yang diharapkan setiap insan
Keadilan tertata merata dari belaian Tuhan
Bukan janji manis manusia yang tak ubah hewan
Atau rupa-rupa malaikat yang mencekik habis; sekarat
Jakarta, 17 Maret 2018
Pertanggungjawaban
Keringat membanjiri tubuh kering kerontang
Di persimpangan uang berjatuh ke tangan
Bermodal iba pada sejumput angan
Hingga terekam jejek-jejak kenang
Kala diri masih gagah perkasa
Uang bukan jadi persoalan
Membusung dada bak congkak di hadapan Tuhan
Tak sadar usia bukan jaminan keabadian
Mengapa begitu bangga dengan harta
Segunung intan permata tak bernilai apa-apa
Hanya remah-remah bahan bakar di neraka
Juga penjilat terjerumusnya nista
Kini pena berada di tangan malaikat
Mencatat irama hidup manusia
Mengingatkan tentang akar-akar dosa
Hidup itu sederhana, hidup itu bukan mencari lencana, hidup itu akhirat tujuannya
Jakarta, 23 Maret 2018
Belaian Malam
Bentang bintang beradu
Menjelma harapan baru
Di sisi kota banaspati menjulang ke surga
Merogoh pundi-pundi doa candala
Hakikat cerca terlempar tiada daya
Tak berlaku riuh di singgasana Pencipta
Seonggok rupa bisa saja menikam pendusta
Tapi tipu tumbang tengkurap
Bejana purnama membelai atma
Peluh terusap mengasap
Jakarta, 24 Maret 2018
Demokrasi Berduri
Hiruk-pikuk rakyat
Terjarah kiamat
Kebebasan disekat
Peraturan mengikat
Dari hamparan tanah merah
Layu kembang-kembang rekah
Menumpuk ribuan naskah
Runtuh sudah amanah
Demokrasi biokrasi
Mengacak liberalisasi
Uang dituhankan di negeri pertiwi
Moral hancur diinjak para petinggi
Kini suap menyusup nurani
Persetan keadilan di tanah berduri
Kekayaan memahkota, kekayaan disembah, kekayaan menjarah
Menyisakan jerit dari rakyat-rakyat rendah
Jakarta, 24 Maret 2018
Grup FB KCLK
Halaman FB kami
Pengurus dan kontributor
Cara mengirim tulisan
Menjadi penulis tetap di Loker Kita