Senyum dan Makna Sebuah Pilihan
Orang yang sedang jatuh cinta dapat dilihat dari senyumnya.
Satu hal yang terlintas di benak saya ketika membaca kalimat tersebut adalah betapa senyuman memiliki makna yang begitu dalam. Kita bisa merasakan bahwa seseorang sedang bahagia ketika ia tersenyum. Kita juga bisa merasakan ketulusan yang orang lain berikan hanya dengan melihat senyumnya. Lantas, benarkah senyum itu menjadi pertanda bahwa seseorang sedang bahagia?
Tentu saja tidak. Saya rasa kita semua tahu bahwa kebahagiaan bukanlah hal yang bisa didefinisikan hanya dengan senyuman. Karena pada kenyataannya, sering kali kita jumpai wajah-wajah dengan senyum di balik masalah yang sedang mereka hadapi. Bahkan tak jarang pula, persoalan pelik yang menimpa hidup seseorang justru menjadi alasan terkuat untuk bertahan. Berusaha tegar menjalani setiap kesulitan yang menghadang, dan mencoba bangkit demi melawan keterpurukan.
Mereka yang sedang berada dalam kondisi seperti itu adalah orang-orang yang luar biasa. Mengapa demikian? Bagi saya—yang berusaha melihat dari sisi positif—mereka mampu menunjukkan hal yang bertolak belakang dengan apa yang mereka rasakan sebab memiliki sebuah alasan. Mungkin mereka percaya bahwa untuk menggapai kebahagiaan dalam hidup ada hal yang harus diperjuangkan. Atau mungkin lebih dari itu, mereka percaya bahwa Tuhan tidak akan membiarkan seseorang memikul beban di luar batas kemampuan hamba-Nya. Maka, menjalani kehidupan dengan penuh keikhlasan menjadi suatu pilihan.
Pada akhirnya hidup memang mengajarkan kita banyak hal, dan seringnya melalui berbagai permasalahan. Entah itu masalah sepele ataupun masalah yang sulit dipecahkan, tapi bukan berarti kita akan kehilangan begitu saja keyakinan pada diri sendiri. Saya percaya setiap orang pasti memiliki pandangan yang berbeda dalam menjalani hidup, namun saya juga meyakini bahwa tujuan kita semua tetaplah sama, yaitu untuk meraih kebahagiaan. Mungkin karena itu pula, dulu—sebagai remaja yang belum memahami banyak hal—saya sering bertanya dalam hati, mengapa teman saya terlihat begitu bahagia. Jarang sekali saya melihat ia tak menyunggingkan senyum ketika kami berjumpa. Ia memang terlahir dari keluarga yang berkecukupan, tapi benarkah hidupnya selalu bahagia? Seolah ia tidak pernah mengalami kesedihan—yang tentu saja itu tidak mungkin terjadi.
Sampai suatu hari, pertanyaan itu terjawab dengan sendirinya. Terkadang, tidak semua yang terlihat sesuai dengan apa yang terlintas di benak kita. Seperti kutipan yang pernah saya baca dari sebuah buku:
“Aku melihat hidupnya begitu indah, ternyata ia hanya menutupi keluhan. Aku melihat hidupnya tak ada pedih, ternyata ia hanya menutupi dengan mensyukuri. Aku melihat hidupnya tanpa ujian, ternyata ia begitu menikmati badai hujan. Aku melihat hidupnya sempurna, ternyata ia hanya menjadi apa adanya. Aku melihat hidupnya beruntung, ternyata ia tunduk pada Allah untuk bergantung.” (Ayumdaigo).
Berbicara mengenai masalah biasanya tak lepas dengan hikmah yang terkandung di dalamnya. Mungkin sebagian besar dari kita—termasuk saya, sudah sering mendengar nasihat agar senantiasa bersabar dalam menghadapi masalah karena selalu ada hikmah yang bisa kita ambil jika saja mau menyadarinya. Terlebih hidup akan terus berjalan seiring waktu yang juga terus berputar.
Life must go on!
Begitulah kalimat yang sering kita dengar, bukan?
Pantang menyerah adalah kuncinya. Tidak hanya menyibukkan diri untuk mengeluh saat ada masalah yang menimpa, tapi juga terus berusaha untuk melakukan yang terbaik.
Terdengar mudah? Benar! Tapi apakah menjadi sesuatu yang mustahil untuk dilakukan?
Jawabannya ada pada diri kita sendiri. Apakah kita akan menjadi insan yang lemah? Atau menjadi pribadi yang tangguh dengan segala ujian yang datang menghampiri?
Namun yang jelas, kenyataan—mereka yang tidak berputus asa—membuat saya menyadari tentang pentingnya perjuangan dalam hidup. Perlahan saya pun mulai memahami bahwa sikap yang kita tunjukkan, mencerminkan apa yang kita pikirkan. Sederhananya, jika kita haus maka kita akan minum. Jika lapar maka kita akan makan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, ketidakputusasaan bisa terlihat dari sikap yang kita tunjukkan.
Orang-orang yang memiliki semangat juang yang tinggi, tentunya akan bersikap tegar. Mereka akan berpikiran positif dalam menghadapi permasalahan. Hal itulah yang akhirnya bisa membuat mereka seolah baik-baik saja meskipun sebenarnya tidak demikian. Bahkan, mereka masih bisa tersenyum dan membuat orang lain merasa senang saat melihatnya.
Ya, begitulah hidup. Kita mampu merasakan kebahagiaan dari hal sederhana di sekitar kita, yaitu dengan senyuman. Tapi sayangnya, masih banyak di antara kita yang belum terbiasa melakukannya. Padahal, dengan memberikan senyum kepada orang lain berarti kita telah berbagi kebahagiaan. Di samping itu senyum juga bernilai ibadah, bukan?
Jadi, masih enggan untuk tersenyum?
Sekali lagi, semua tergantung pada diri kita sendiri. Lagi pula, setiap orang berhak melakukan hal yang memang ia inginkan. Saya juga tidak bisa dan tidak akan pernah memaksa orang lain untuk melakukan sesuatu yang belum biasa mereka lakukan. Kenapa demikian? Karena saya sendiri pun—hingga saat ini, masih terus belajar untuk berbagi kebahagiaan. Dimulai dari hal kecil yang bisa saya lakukan setiap hari.
Seperti orang lain, saya juga memiliki banyak harapan. Salah satu di antaranya adalah melihat orang-orang yang saya sayangi hidup bahagia. Mungkin saya tidak akan pernah bisa membalas semua kebaikan yang pernah mereka berikan selama ini, tapi saya ingin—setidaknya, kehadiran saya bisa sedikit berarti.
Dengan cara? Membuat mereka nyaman ketika berada di dekat saya. Melakukan hal yang menyenangkan dengan senyum ketulusan.(*)
Profil penulis: Triandira
Grup FB KCLK
Halaman FB kami:
Pengurus dan kontributor
Cara mengirim tulisan
Menjadi penulis tetap di Loker Kita