Sihir Rumah (Terbaik 11 Cerpen Fantasi)

Sihir Rumah (Terbaik 11 Cerpen Fantasi)

Sihir Rumah

Oleh: Aris’ky Maulana

Terbaik 11 Lomba Cerpen Fantasi Lokerkata

Rumah itu membenci Klesa. Bau busuk mengudara, cat dinding mengelupas, dan barang-barang yang berkali-kali dirapikan kembali berantakan. Rumah terkutuk itu seperti bukan rumahnya sendiri.

Pada hari pertama rumah itu bertingkah aneh, Klesa terbangun karena percikan air yang jatuh dari langit-langit kamarnya, menetesi wajah Klesa yang sembab hasil menangis semalaman.

Dia kini sebatang kara. Sang ibu meninggal sehari sebelumnya.

Cermin di kamar mandinya retak. Jarinya mengeluarkan darah ketika dia mencoba melepas dan mengganti cermin tersebut dengan yang baru. Anak tangga menuju kamar tidurnya hilang lima, sehingga jika dia ingin ke sana, dia harus melompat, seolah-olah rumah itu ingin membunuhnya.

Rumah itu juga mendatangkan mimpi buruk pada tidurnya. Malam itu, tepat satu bulan sejak pertama kali Rumah bertingkah aneh, Klesa terbagun dari mimpi menggelisahkan. Mimpi tersebut menampilkan tubuhnya yang tergeletak di bawah tangga, terjerat rumput-rumput liar, siap dilahap oleh lantai bergigi.

Dia terbangun dengan terengah-engah. Tidak ada air yang menetes di langit-langit namun udara terasa lembab. Untuk menghilangkan bayangan mimpi buruk dia membuat kopi dan berdiri di loteng. Di kegelapan langit bintang berkelip, bulan bersinar, dan di loteng kamarnya sendiri Klesa merasa muak.

Ibu Klesa pernah bercerita bahwa setiap rumah memiliki sihir. Sihir itu disebut Sihir Rumah. Agar seseorang merasa nyaman di suatu tempat, katanya, seseorang harus menjaga dan mencintai tempat itu.

Klesa memejam dan bergumam, ”Aku mencintai rumah ini.” Namun kemudian, Rumah mendatangkan hal yang tidak disukai Klesa. Suara kucing membuat matanya terbuka. Kucing hitam melompat dari loteng rumah sebelah ke tempat Klesa berdiri. Tak lama kucing kelabu melompat dari atap rumah sebelah ke atap rumah Klesa. Klesa bergetar takut. Dia berdesis mengusir kedua kucing yang saling mengeong galak itu.

Tiba-tiba kucing di atas atap membesar. Perlahan tubuh kucing kelabu itu menggelembung dan melayang seperti balon. Melihat saingannya yang terangkat ke udara, si kucing hitam berbalik ke loteng asalnya.

Kejadian itu membuat Klesa tercengang. Selama ini dia tidak percaya dengan kenyataan cerita ibunya soal Sihir Rumah, namun dengan keanehan yang terjadi di rumahnya, ditambah pemandangan kucing yang melayang, bagaimana semua itu bisa dijelaskan? Tidak ada penjelasan lain selain Sihir Rumah.

Kepercayaan akan Sihir Rumah itu semakin kuat dengan kedatangan pria asing yang mengetuk pintu rumah Klesa keesokan harinya. Pria mencurigakan itu menutupi rambut panjangnya dengan topi koboi. Dia memperkenalkan diri sebagai Rotar.

“Selamat pagi, Nak!” sapa Rotar sambil membungkuk seperti pemain sirkus saat hendak memulai pertunjukan. Kemudian dia membetulkan kacamata hitam di hidungnya yang hampir jatuh. Rotar mengaku dari Layanan Perbaikan Sihir Rumah; bahwa rumah Klesa telah menghubungi perusahaanya untuk memperbaiki.

Klesa mempersilakan Rotar masuk. Rotar tersenyum sambil menjinjing tas berisi peralatan perbaikan rumah. Peralatan itu juga tampak mencurigakan. Di antara alat-alat itu ada palu, paku, dan bahkan gergaji.

Mereka duduk di ruang tamu; di atas kursi yang berdecit kesakitan.

“Sungguh parah kerusakan rumah ini.” Rotar menunjukkan. “Bau seperti bangkai tikus amat menyengat hidung, pantatku bagaikan duduk di kursi berduri, dan sarang laba-laba merusak pemandangan mata.” Dia berhenti untuk menggaruk kumisnya. “Apa yang telah kau lakukan terhadap rumah ini, Nak?”

“Aku tidak melakukan apa-apa.”

Rotar mengeluarkan suara mengejek.

“Tidak, uuum, maksudku–lihat, aku memberimu kepercayaan untuk memperbaiki ini.”

Rotar mengangguk setuju. “Benar,” katanya. “Apa yang kau tahu soal Sihir Rumah?”

“Umm … itu tercipta karena cinta?”

“Apakah kau mencintai rumah ini?”

Keheningan menyertai pertanyaan itu. Seolah waktu berhenti dan Rumah ikut menahan napas. Udara dingin menyeruak sesaat setelah Klesa menjawab: “Iya. Tentu. Ini rumah peninggalan ibuku.”

“Hmm. Sungguh alasan mencintai yang kurang kuat.” Rotar bangkit berdiri. Dia mengambil palu di dalam tasnya. “Tetapi tidak apa-apa, aku bisa memperbaiki rumah tanpa penghuni sekalipun.”

Tukang Perbaikan Sihir Rumah yang Mencurigakan itu mengetukkan palu ke dinding. Suara toktoktok menggema. Klesa berdiri sambil menggigiti kuku jarinya di belakang Rotar. Udara dingin berubah menjadi panas. Dinding yang kering tiba-tiba menjadi basah.

“Kau tahu, Nak,” oceh Rotar tanpa berhenti memalu dinding dengan keras. “Sihir Rumah terhubung dengan perasaan penghuninya.”

Perasaan gelisah memenuhi dada Klesa. Dia pikir dia telah melakukan kesalahan. Dia mengingat kesedihan akan kehilangan ibunya. Perasaan sedih itu masih ada, tidak hilang, hanya terkubur oleh kebencian diri. Dia benci ditinggalkan sendiri. Ayahnya pergi ketika dia tidak mengerti apa-apa, dan ibunya pergi ketika dia mengerti betapa hebat sakitnya kehilangan itu.

Kehilangan itu membuatnya ingin menghilang juga, dan Rumah mengabulkan keinginan terpendam Klesa tersebut lewat anak tangga yang hilang dan retakan kaca di kamar mandi. Klesa menjatuhkan air mata, dan dari langit-langit, Rumah menjatuhkan air yang serupa.

Rotar mengusap mulutnya dengan lengan, mungkin bermaksud menggaruk gatal, tetapi hal tersebut membuat kumisnya terlepas. “Ups,” gumam penipu itu. “Ketahuan deh. Ya, sudah terlanjur basah, aku buka saja semua.” Dia melepas topi koboi dan rambut panjangnya yang ternyata palsu. Setelah itu, dia mengelupas kulit wajahnya, memperlihatkan wajah gembul dan bulat.

Troll, pikiran Klesa segera menyediakan. Manusia setengah raksasa seperti di buku-buku dongeng. Tidak salah lagi itu dia. Troll memamerkan perut buncit dan gigi kuningnya, sebelum melempar palu ke arah Klesa. Klesa menjerit dan berlari. Dia mengunci diri di kamarnya. Rotar si Troll Penipu tertawa puas.

***

Rumah itu mencintai Klesa. Dindingnya ditumbuhi bunga lili, juga dihiasi gambar-gambar kenangan dari Klesa kecil hingga dewasa, dan lukisan besar bergambar ibunya. Keajaiban memenuhi rumah itu.

Rotar si Troll Penipu ternyata datang untuk mencuri. Beberapa jam setelah Klesa bersembunyi, dia mendapati ruangan di luar kamarnya yang kosong. Troll telah memasukkan semua barang Klesa ke dalam tasnya.

Sebenarnya, itu tidak menjadi masalah besar. Sebaliknya, itu adalah pemecahan masalah. Rotar si Troll Penipu mengatakan Sihir Rumah terhubung dengan perasaan penghuninya. Beberapa hari setelah pencurian itu, Klesa pergi dari rumah itu demi menyembuhkan diri. Dia mencari ketenangan.

Lantas, saat dia kembali membawa ketenangan itu, Rumah mendesah menyebarkan kehangatan. [*]

Subang, 25 Oktober 2024.

Komentar Juri, Lutfi:

Secara kepenulisan, genre fantasi dalam cerita ini sudah cukup kuat. Idenya tentang rumah yang memiliki semacam “sihir” dan menghadirkan dirinya berdasarkan perasaan si penghuni memang sangat menarik. Sayangnya, meski sudah baik, ide yang dieksplorasi di dalamnya tidak sepenuhnya mengeksplorasi apa yang tampak pada gambar yang diberikan sebagai acuan inspirasi.

Grup FB KCLK

Leave a Reply