Menara Persahabatan

Menara Persahabatan

Menara Persahabatan

Oleh: Atika

 

Bulan Agustus selalu datang dengan membawa semangat baru untuk negeri. Di bulan itu, bangsa Indonesia memperingati dirgahayu kemerdekaannya. Semangat itu pula yang tampak dari anak-anak SD Negeri 2 Kaliajir selama latihan pramuka. Latihan yang dilaksanankan untuk persiapan kegiatan jambore ranting atau kemah penggalang yang akan dilaksanakan pada pertengahan bulan.

Regu putri yang bernama regu Anggrek sedang mempelajari sandi bersama Kak Saeful di ruang kelas lima. Sedangkan di halaman, tampak Kak Arif sedang memperagakan simpul dengan beberapa utas tali pramuka di hadapan regu Rajawali. Suasana panas siang itu, tak mengurangi antusias siswa.

“Simpul pangkal seperti ini, Kak?” tanya Tofik sambil menunjukkan sebuah tali. Ketua regu Rajawali itu memang selalu bersemangat jika mendapatkan ilmu baru.

Kak Arif memperhatikan simpul tersebut. ”Coba ulangi lagi!” katanya sambil mengembalikan tali ke pemiliknya.

“Hu!” seru Rizik dari belakang sambil mengacungkan jempol ke arah bawah berkali-kali. Senyum kemenangan tampak jelas di matanya.

“Kamu juga belum tentu betul,” balas Tofik kemudian. Hatinya terasa panas, raut muka yang semula ceria berubah seketika. Badannya yang paling besar di antara anak-anak yang lain, seakan siap menerkam Rizik.

Dua anak itu memang sedang tidak akur akhir-akhir ini, karena alasan yang sebenarnya sepele. Tidak hanya saat latihan pramuka, sudah beberapa kali mereka terlibat dalam perdebatan selama di sekolah.

“Sudah, sudah! Namanya belajar pasti butuh proses,” ujar Kak Arif menengahi. Untunglah Kak Arif segera menguasai keadaan sebelum terjadi pertengkaran.

“Sekarang buat masing-masing simpul yang Kakak ajarkan, nanti semua maju bergantian. Jika ada yang masih bingung silahkan minta bantuan temannya,” jelas Kak Arif panjang lebar.

Kakak pembina yang satu itu memang sangat mencintai dunia pramuka, ia bahkan pernah mendapatkan penghargaan Bintang Panca Warsa tingkat nasional.

Anggota regu Rajawali tampak asyik merakit aneka simpul yang sudah diajarkan. Beberapa anak maju untuk memastikan pekerjaan mereka, setelah itu tersenyum ketika Kak Arif mengacungkan jempol.

Setelah semua paham cara membuat simpul, Kak Arif memberi contoh penerapan simpul tersebut untuk menyambung dua tongkat. Kini sebuah menara sudah berdiri dari delapan tongkat yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

“Oke, sekarang kalian akan Kakak bagi menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok akan membuat pionering berupa menara dari lima sampai sepuluh tongkat dengan menggunakan simpul tadi!” perintah Kak Arif.

Sekarang regu Rajawali tepecah menjadi dua kelompok. Tofik, Rizik, Junan, Burhan serta Gilang berada pada kelompok pertama, sedangkan sisanya masuk kelompok kedua.

“Waktu kalian 60 menit. Apakah kalian siap?” tanya Kak Arif dengan semangat.

“Siap!” jawab anak-anak serentak.

Setiap kelompok kemudian membagi tugas untuk anggotanya agar menara mereka dapat selesai tepat waktu. Tofik dan Rizik terlihat kikuk karena berada pada kelompok yang sama. Tetapi kemudian asyik dengan simpul mereka masing-masing. Ketika harus menyatukan dua tongkat, kedua anak itu memilih pasangan yang berbeda.

“Ayo, mengikat simpulnya harus lebih kuat agar menaranya berdiri sempurna.” Kak arif terdengar memberikan petunjuk pada kelompok dua. Hasbu sebagai ketua kelompok mendengarkan perkataan Kakak pembina dengan saksama. Beberapa tongkat sudah mulai berdiri. Sebentar lagi tugas mereka akan segera selesai.

Kelompok satu melihat adegan itu dengan putus asa. Tofik dan Rizik tidak mau bekerja sama sedari tadi. Hal itu tentu berpengaruh terhadap kinerja tim.

Junan akhirnya mengambil sikap. “Tofik dan Rizik, jika kalian tetap tidak mau bekerja sama, kita tidak akan pernah bias menyelesaikan tugas ini! Apa itu yang kalian mau?” tanya Junan dengan sedikit berteriak.

Tofik dan Rizik tampak menyesali perbuataannya. “Maaf!” sahut mereka kemudian.

Tofik kemudian membagi tugas tim. “Junan dan Rizik kalian pegang bagian atas sedangkan bagian bawah biarkan menjadi tanggung jawab Burhan dan Gilang. Aku yang akan mengikat simpul karena tenagaku yang paling kuat!” perintah Tofik.

Kelompok satu kemudian bekerja dengan semangat, ujung-ujung tongkat yang harus digabungkan dengan simpul diikat dengan kuat oleh Tofik. Suasana yang tadinya mati menjadi hidup kembali. Anak-anak bekerja dengan cekatan. Menara itu kini berdiri tegak dan kokoh.

“Hore!” teriak kelompok satu dengan senangnya.

“Wah! Ini baru oke! Ternyata dengan bekerja sama, kita bisa menghadapi tantangan dengan mudah kan?” tanya Kak Arif kepada mereka.

“Betul Kak,” jawab Tofik disertai anggukan anggota kelompoknya.

“Maaf ya, kita temenan lagi yuk?” Sambil mengulurkan tangan, Rizik akhirnya mengalah untuk meminta maaf terlebih dahulu.

Tofik menyambut uluran tangan tersebut sambil berkata, “Maaf juga kemarin bukumu jadi kotor, itu sebenarnya tidak disengaja.”

“Iya, tidak apa-apa, kita kan, sahabat,” ucap Rizik.

“Ya, benar,” sahut Tofik lagi.

“Kita sahabat!” ucap mereka berdua kompak.

Semua anak yang ada di halaman bertepuk tangan menyaksikan kedua temannya yang kini telah berdamai.

“Kalau begitu menara ini kita beri nama menara persahabatan,” usul Gilang kemudian.

Kak Arif yang menyaksikan adegan tersebut merasa bangga dengan murid-muridnya, sungguh mereka adalah anak-anak hebat.

 

 

 

(*)

Atika Khilmiyati, Ibu dari dua anak yang menyukai hutan dan pantai. Saat ini ia membersamai anak-anak SDN 5 Purwanegara untuk belajar dan berusaha menggapai impian mereka. Menulis merupakan kegiatan yang mulai ditekuninya beberapa tahun ini, ia berharap dapat terus belajar sehingga menghasilkan karya yang berkualitas dan bermanfaat untuk orang banyak.

Editor: Imas Hanifah N
Gambar: Pixabay

Leave a Reply