Oleh: Zulfaturroliya
Bukankah seharusnya kalian bahagia karena penangkaran paling mustahil justru telah berhasil kalian wujudkan?
Jill mengunyah dengan rakus sushi terakhir yang kamu suguhkan. Kepalanya yang biasa berisi rencana-rencana taktis, mendadak kosong tanpa ide. Ia tidak bisa menghitung berapa sisa manusia yang beruntung—atau sebenarnya malang—dan susah memprediksi hingga kapan kalian mampu bertahan hidup. Dari moba yang jangkarnya mencengkeram pada tebinglah, kamu, Jill, dan warga sipil lain mempertahankan diri. Sedangkan manusia dan hewan yang masih tinggal di darat, kemungkinan telah punah. Mungkin. Nuklir pastinya telah menyelesaikan semuanya tanpa sisa.
Wajahmu gusar memikirkan seberapa banyak persediaan makanan. Sehebat apapun teknologi yang pernah kalian lahirkan, sistem metabolisme manusia tetap membutuhkan asupan energi kimiawi berupa makanan. Pasokan energi yang berasal dari panel tenaga surya yang kalian tanam di ubun-ubun, tidak disetting untuk mengantisipasi produksi asam lambung dalam jangka waktu panjang, hingga saat pil anti lapar yang kalian andalkan habis, makan adalah salah satu cara agar kalian tetap hidup!
Dengan alis yang tegang bertaut dan tangan berkacak pinggang, kamu berjalan ke anjungan moba kemudian mengarahkan telespy, teropong mata-mata yang memiliki kemampuan zoom hingga 2 mil, ke segala arah. Pandanganmu menyapu relief tandus yang bagimu seperti kulit badak, gedung-gedung pencakar langit seperti kue ulang tahun yang porak-poranda, kemudian kappa, hewan mitologi jepang yang menjadi satu-satunya makhluk penyintas di daratan, seperti kerumunan kutu pada bulu kera-kera beringas berwarna coklat.
Sepuluh tahun lalu, saat kepalamu dihantam Bag, kappa tertua di lembah Azusa, yang kamu pikirkan adalah bagaimana konservasi terbaik untuk kappa sehingga keberadaannya bisa bermanfaat bagi manusia. Lubang atmosfer yang semakin luas, mengakibatkan radiasi sinar UV membakar kulit manusia siang dan malam, sehingga kappa diprogramkan menjadi tenaga pengganti. Kappa, makhluk bercangkang itu, berkedudukan sebagai avatar. Mereka bergerak dan menjalankan tugasnya dengan infrared yang terkoordinasi melalui sepasang microchip yang ditanam di dalam kepala kappa dan manusia.
Hanya kappalah yang mampu melewati gas mematikan dengan baik-baik saja. Dampak perang dunia keempat membuat udara semakin tak bersahabat dengan manusia. Oksigen tak lagi diproduksi melimpah karena daun-daun telah kering dan meranggas pasca ribuan rudal meledakkan daratan seperti hujan meteor yang lebat. Kemudian ilmuwan sepertimu melakukan penangkaran kappa yang mampu bertahan hidup meski hanya menghirup CO2.
Menurutmu otak kappa adalah media yang tepat untuk menanam chip micro controller dan menjadikan mereka makhluk robotic yang piawai menjalankan bisnis, karena mereka memiliki peradaban yang mirip dengan manusia. Kedatanganmu di lembah Azusa benar-benar seperti misi pelaut tua yang membajak kapal lain demi bertahan hidup. kalian menangkap kappa-kappa itu untuk tujuan komersil.
Saat itu kondisi saturasi udara diperparah dengan kesalahan fatal para ilmuwan yang kamu kepalai. Kalian berusaha menemukan sumber daya alam pengganti. Percobaan-percobaan yang bertujuan untuk menghasilkan oksigen terus diupayakan. Chloropaint, cat berdaya klorofil artifisial, kamu luncurkan sebagai media yang mampu memompa udara dan merubah ion menjadi oksigen. Sayangnya kesalahan kimiawi justru menjadi trigger bencana yang masif. Seperti fenomena sel darah putih yang memakan sel darah merah pada kanker, cat-cat itu ternyata justru menghasilkan karbon dioksida yang tidak bisa diubah lagi menjadi oksigen dan menjadi gas beracun saat terpapar ultraviolet!
Sungguh dampak ini diluar dugaanmu, karena selama penelitian hipotesa chloropaint terbukti efektif. Terlebih saat uji teknis untuk melapisi interior gedung, semua aman dan bekerja sesuai harapan, saturasi oksigen meningkat luar biasa. Sayangnya asumsi dan keserakahan manusia—atau bisa jadi kerinduan mereka pada udara segar—membuat masyarakat juga melapisi eksterior rumah mereka dengan Chloropaint! Fatal! Ini bencana! Kesialan bagi umat manusia ini, seperti eskalator yang mengantarkan dirimu dan bangsamu menuju kiamat dengan jalan yang lebih mudah.
Kamu benar-benar malu dan menyalahkan diri sendiri hingga memutuskan untuk harakiri. Kemudian Jill yang menemukanmu menghunus samurai ke udara, menghantam kepalamu dengan bohlam hingga meledak dan tubuhmu terpental ke dinding yang berjarak dua meter. Kamu selamat. Setidaknya kamu tetap hidup dan gagal melakukan harakiri meski pelipismu robek yang mengepulkan asap. Jill memperbaiki kinerja chip micro di kepalamu dengan marah-marah.
“Jika kamu memang dilahirkan untuk menjadi pemusnah, setidaknya carikan cara untuk kami para penyintas agar bisa makan sebelum kamu mati!” teriaknya sambil menyolder micro resistor di bawah microskop.
Kemudian dengan penyesalan yang mendalam, kamu memutuskan untuk terus hidup dan memperingatkan pemerintah agar menghimbau rakyat bangsamu tinggal di dalam moba, mobile air, sebuah armada udara bertenaga surya. Kalian harus mengungsi di angkasa, karena selain udara tercemar gas beracun hingga ketinggian 200 meter di atas tanah, kebuasan kappa adalah ancaman yang mengerikan.
Ratusan moba dengan kapasitas beragam mengangkasa di suatu siang yang terik. Moba terbesar berkapasitas seratus orang warga sipil, sedangkan moba terkecil hanya cukup untuk lima orang. seperti anggang-anggang yang terbang dinamis, moba pun mampu terbang seperti elang, merangkak seperti laba-laba, dan menyelam sebaik kemampuan amphibi. Oksigen tak akan habis karena chloropaint temuanmu sangat efektif dalam ruangan tanpa sinar UV.
Kamu merasa lega, meski pemberontakan kappa membuatmu menyesali keputusan menangkar mereka sebagai avatar yang diharapkan mampu membantu bangsa manusia. Bagimu mereka lebih mirip dengan monster saat lapar. Seperti teori Darwin, adaptasi membuat kappa berevolusi. Saat daun dan pohon yang menghasilkan buah benar-benar tak lagi bisa tumbuh, keadaan merubah mereka menjadi karnivora dan menjadi predator yang sangat ganas. Sialnya satu-satunya makhluk yang bisa mereka mangsa adalah manusia. Ya, Para kappa bertahan hidup dengan memburu manusia, hanya manusia, karena hewan sudah lama punah karena nuklir yang kamu ciptakan.
“Sulit dipercaya! Kappa-kappa itu merangkak menuju deretan moba kita! Jill, kontrol amunisi dan cek panel UV, pastikan pasokan energi moba kita cukup untuk melakukan perjalanan lintas benua. Kita harus pergi dari sini! Sambungkan jaringan teleconference, aku akan live streaming dengan semua armada! Kita harus bergerak menuju benua baru!” teriakmu panik dengan mata tetap mengintai daratan melalui telespy.
Kamu segera menyalakan layar hologram saat Jill memastikan sambungan nirkabel terhubung. Ribuan moba baik yang berkapasitas lima orang hingga seratus orang di dalamnya terhubung dalam teleconference. Suara mereka riuh dan panik. Siaran komando selalu merek tandai sebagai indikasi ada jal yang mengancam. Sekarang mau tak mau kedudukanmu sebagai ilmuwan harus merangkap sebagai komando utama karena kepala negara telah termangsa kappa yang kelaparan.
Peperangan antara manusia dan kappa pecah. Saat itu menurut perhitunganmu, meledakkan daratan dengan nuklir akan membumihanguskan kappa-kappa beringas dan membuat manusia kembali pada hidupnya yang tenang tanpa merasa menjadi buronan.
Sayangnya lagi-lagi perhitunganmu keliru. Mungkin terlalu banyak makan sushi dari daging kappa membuat daya konsentrasi kalian tak secemerlang sebelumnya—tetapi bisa jadi itu hanya alasan untuk berkelit—faktanya bencana baru telah di depan mata. atom udara bermutasi dan nuklir yang kalian ledakkan untuk membumi hanguskan kappa, justru membuat mahluk yang telah disisipi ion identik untuk tahan UV itu itu memiliki imunitas tinggi!
Jill menatapmu tajam, tangannya menggenggam sebuah remot kontrol.
“Kita tak akan kemana-mana. Makanan yang berlimpah telah datang, mari kita sambut,” ucap Jill sambil menekan sebuah tombol yang membuat moba meluncur ke daratan.
Manusia-manusia yang terhubung dalam layar hologram histeris. Namun Jill tak gentar. Dengan mata dinginnya, ia menatapmu dalam dan kamu terperanjat menyadari warna mata Jill telah berubah seperti milik reptil. Di saat yang sama, kamu terbelalak ketika pintu hidrolik utama terbuka, aroma tajam seperti aspal yang terbakar menguar dan semakin kuat. Kemudian dengan tatapan kosong Jill menurunkan remotenya. Gas beracun mulai bekerja dan mencekikmu. Tubuhmu kejang dengan mulut berbusa, jeritan manusia dari layar hologram saat dirimu terlihat begitu tersiksa terdengar olehmu begitu menggemuruh.
Kamu paham, saat semua kemutakhiran menyuguhkan chaos sistem dengan dampak yang memusnahkan, peradaban manusia kembali pada titik primer dimana mereka hanya membutuhkan makan untuk bertahan hidup, dan mereka akan bersikap primitif seperti manusia purba.
Lalu, sesaat sebelum nyeri hebat di dada membuat microchip di kepalamu meledak, kamu melihat jill merobek baju yang membalut tubuh kekarnya. Ia menyeringai dan berteriak, “satu-satunya perlindungan yang bisa membuatmu kenyang adalah sebuah cangkang!”
Jill berevolusi!
Jember, 2 April 2022
Bionarasi:
Zulfaturroliya, Lulusan Universitas Negeri Surabaya ini bisa dikunjungi melalui akun facebook Zulfaturroliya.
Editor: Nuke Soeprijono