Resensi Novel “Angels of Morning Star Club”

Resensi Novel “Angels of Morning Star Club”

Resensi Novel “Angels of Morning Star Club”

Judul : Angels of Morning Star Club
Penulis : Lim Se Hyuk
Penerbit : Penerbit Haru
Tebal buku : 370 halaman
Tahun terbit : 2015

Namaku Lim Hwi Chan. Seorang mantan narapidana yang sekarang menjadi penjaga toko yang menyedihkan. Umurku 27 tahun dan aku suka menonton film thriller berulang-ulang sampai 30 kali. Aku juga suka melampiaskan emosi dengan mengepel lantai yang kotor gara-gara keteledoran para siswi yang makan mi instan dan kimchi sembarangan di tokoku. Memang, aku tidak bisa disebut panutan, tapi juga tidak bisa disebut sebagai pecundang hanya karena pernah dipenjara.

Aku memang mantan narapidana, tapi aku muak selalu dicurigai. Aku hanya ingin melupakan semua kenangan itu. Tapi, sepertinya seluruh dunia sudah telanjur mengecapku sebagai seorang “Mantan Narapidana” dan mereka menolakku.

Sampai aku menemukan perkumpulan aneh bernama “Morning Star” yang malah mencari mantan narapidana sebagai anggota. Sebenarnya, perkumpulan apa ini?

Begitulah isi blurb yang melengkapi pertimbangan saya untuk menjadikan novel ini sebagai teman mengisi waktu luang. Sebetulnya, novel ini sudah selesai saya baca awal tahun lalu. Alasan utama saya melirik novel ini adalah karena tertarik dengan kovernya. Alasan lainnya—yang seharusnya saya letakkan sebagai alasan utama—adalah karena penasaran dengan karya dari penulis-penulis Korea.

Bukan. Itu bukan karena sudah lama saya menonton banyak drama maupun film dari negeri Ginseng tersebut dan sudah sepatutnya—sebagai orang yang sedang belajar menulis—saya penasaran dengan karya-karya tulisnya. Rasa penasaran saya sering kali tumbuh karena sifat cepat bosanan. Saya yang saat itu sedang asyik-asyiknya membaca dan mengamati karya-karya dari penulis Indonesia, mendadak dilanda rasa bosan, sehingga merasa perlu mencari angin segar dengan membaca karya-karya dari penulis luar.

Meski sempat mencurigai dari judul, “Angels of Morning Star Club”, sebagai cerita inspiratif, saya tetap membacanya. Lagi pula, cerita jenis apa yang menggunakan “malaikat” dan “bintang pagi” sebagai judulnya? Tentulah cerita-cerita yang menyuguhkan harapan. Namun begitu, mengingat kalimat yang saya tebalkan pada blurb, saya berharap novel ini menyajikan kehidupan kelam yang harus dijalani seorang mantan narapidana, sebelum akhirnya diberkati dengan kehidupan yang lebih baik.

Baiklah. Seperti biasa, sebelum membaca bab awal, saya lebih suka mengintip bab akhir lebih dahulu. Kadang satu-dua halaman, kadang satu-dua bab. Bagi saya, bab akhir merupakan penentu sejauh mana saya akan menyelesaikan bacaan saya nantinya. Bisa jadi sejak bab pertama, bisa juga pada pertengahan bab, atau mungkin sampai saya harus mengulang bab akhir itu sendiri. Selain karena membaca secara berurutan dari bab pertama akan membuat saya jengkel—saya merasa perlu mengintip isi bab lainnya jika tidak ingin membaca berulang kali bab-bab tertentu lantaran lambat memahami apa yang sedang saya baca. Dan betul dugaan saya, cerita ini ditutup dengan akhir bahagia.

Eitz, ini bukan mau bahas ending.

Beralih ke bab awal, cerita dibuka dengan Lim Hwi Chan, yang sudah berstatus sebagai mantan narapidana, menonton film thriller. Kebetulan, sebelum film itu berakhir, datanglah seseorang yang hendak membeli rokok, yang rupanya merupakan siswa SMA. Dan di situlah konflik terjadi, yang membawa Hwi Chan menjalani pemeriksaan di kantor polisi.

Sebagai seseorang yang mempunyai catatan kriminal, tentu anggapan bahwa Hwi Chan adalah tersangka sangat bisa dimaklumi. Kita memang cenderung menganggap narapidana/mantan narapidana sebagai penjahat. Namun, untuk menjaga kepercayaan nuna-nya, Hwi Chan berusaha membuktikan diri bahwa ia tak bersalah. Dan ia berhasil!

Sayangnya, menjalani kehidupan yang tenang dan bersikap baik setelah dibebaskan dari penjara tak menjamin Hwi Chan dianggap sebagai orang baik. Bahkan setelah Hwi Chan berhasil diterima menjadi anggota klub Morning Star—sebuah klub yang beranggotakan mantan narapidana.

Tak banyak yang akan saya jabarkan. Secara garis besar, jika kita membaca cerita-cerita tentang hero, tentu kita akan melihat peran utama menghadapi masalah dan mendapat bantuan atau keberuntungan dan berhasil menyelesaikan masalah itu. Cerita ini pun demikian. Bergabung dengan klub Morning Star membawa Hwi Chan untuk berani bersosialisasi dan mengenal arti hidup. Selain itu, ia juga bertemu dengan seorang perempuan yang ada dalam mimpinya.

Perempuan? Yups, novel ini juga menyajikan kisah romansa. Dengan pendekatan yang sederhana nan manis.

Jadi, kembali ke awal, sama seperti kesimpulan saya sewaktu membaca judul, novel ini memang menyajikan cerita inspiratif. Sayangnya, ia tak memenuhi ekspektasi saya soal blurb, karena meski bertema tentang kehidupan mantan napi, ia tak sesuram yang saya bayangkan. Walau begitu, ia tidak bisa dibilang sebagai novel yang tidak bagus. Barangkali hanya soal selera.

Novel ini recommended, kok, buat kamu yang suka cerita-cerita ringan, apalagi pencinta akhir bahagia. Karena, toh, meski tak memenuhi ekspektasi saya, ia termasuk salah satu novel yang berhasil saya khatamkan. Bisa jadi karena ia bisa dibaca nyambi beberes rumah, tak perlu waktu khusus atau khusyuk. Eh.

 

 

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadipenulistetap di Loker Kata

Leave a Reply