Covid Jilid Dua di Taiwan

Covid Jilid Dua di Taiwan

Covid Jilid Dua di Taiwan
Oleh: Lusiana Ayuningtyas


Suara sirene terdengar keras memekakkan telinga, padahal ini masih jam enam pagi. Tadi malam pun, suara sirene terdengar beberapa kali lewat di jalan yang ada di bawah sana. Terdengar lebih keras dari atas sini. Aku melongok dari jendela dapur. Terlihat sebuah ambulans menderu, membelah jalanan yang terlihat sepi. Sudah dari Jumat lalu jalanan di bawah sana terlihat lebih sepi. Bahkan jalan layang yang membentang di sebelah apartemen yang kutinggali saat ini terlihat lebih lengang.

Sejak diberlakukan anjuran di rumah saja, secara otomatis jalanan terlihat lebih sepi dibanding hari-hari biasa. Apalagi pasar malam yang ada tepat di depan apartemen ini diliburkan. Kata info dari menantu majikanku libur tiga hari saja. Hanya saja, sampai hari ini sudah lima hari belum ada tanda orang-orang kembali berjualan.

Pertengahan bulan puasa 1442 Hijriah, kasus covid-19 kembali meningkat. Tak tanggung-tanggung, 100 orang terinfeksi. Publik heboh, pemerintah bertindak cepat, masyarakat akhirnya panic buying. Membeli barang kebutuhan pokok di swalayan dengan ugal-ugalan, sebelum pembatasan keluar rumah diberlakukan.

Aku seorang TKW yang ada di negara Taiwan. Bekerja di daerah Taipei. Merawat lansia berusia 91 tahun. Satu tahun lagi kontrak kerjaku habis. Aku berencana tak ingin pulang lebih dulu karena situasi dan kondisi di dunia sedang tak stabil. Apalagi melihat situasi di tanah air. Harapku semoga keluarga yang kutinggalkan di tanah air akan baik-baik saja sampai aku pulang nanti.

Sudah hampir satu bulan saat ini Taiwan kembali berperang melawan virus covid-19. Bahkan serangan kali ini lebih dahsyat dibanding yang pertama. Karena tak tanggung-tanggung, orang-orang yang terinfeksi mencapai 1000 lebih. Jumlah yang fantastis dibanding saat virus tersebut muncul pertama kali, bahkan terus meningkat.

Hampir setiap hari majikan, juga menantunya menasihatiku untuk tidak sembarangan keluar ataupun menerima barang. Karena memang di sekitar tempat tinggal majikanku banyak orang yang terinfeksi. Aku melihat sendiri ambulans datang di jalan yang ada di depan apartemen majikanku, dan para petugasnya mengenakan APD lengkap. Pemerintah bahkan akan mendenda warga yang keluar rumah tanpa mengenakan masker.

Saat ini kasus covid-19 sudah naik ke level tiga. Pembatasan keluar rumah sudah berlaku di mana-mana. Beberapa sekolah juga tempat kerja meliburkan karyawannya. Banyak yang bekerja dari rumah. Beberapa teman sesama TKW mengeluh karena beberapa majikannya di rumah sepanjang hari yang membuat mereka tak bebas untuk melakukan pekerjaan, ataupun sekadar bersantai. Bahkan mereka pun tak bisa dengan bebas keluar rumah. Tak terkecuali aku. Sudah hampir seminggu ini aku hanya berdiam diri di rumah.

Ada beberapa kasus dari TKW yang berlibur setelah tanggal pembatasan, mereka harus menanggung konsekuensi dengan dikembalikan ke agensi. Sungguh di saat seperti ini membuat keadaan jauh lebih buruk. Aku tak menyalahkan mereka yang nekat berlibur. Bekerja selama 24 jam bukan hal mudah. Tingkat stres bahkan lebih tinggi, karena harus selalu standby. Belum lagi bila majikan ataupun lansia yang dijaga sangat rewel.

Dari menantu majikan aku mendapat info, apabila kasus per hari mencapai 100 orang terinfeksi, maka pemerintah akan memberlakukan lockdown. Mendengar info tersebut, sungguh membuat kepala ini mendadak pusing. Lockdown? Berapa hari? Seminggu? Dua minggu? Aku berharap, semoga dengan diberlakukan pembatasan ini, kasus akan mulai berkurang. Bahkan masih dari menantu majikanku, dia berkata baru kali ini jalanan Taiwan begitu sepi. Beberapa hari lalu dia sempat keluar untuk membeli beberapa barang. Melihat sendiri betapa sepi jalanan kota. Ketika kasus SARS beberapa tahun lalu tak sampai seperti ini. Tapi tahun ini sungguh luar biasa, membuat banyak orang ketakutan. Beberapa kali dia mengatakan takut untuk sekadar keluar rumah membeli sarapan, ataupun mi instan.

Tiga hari lalu ketika aku ke mini market di seberang jalan, diharuskan menuliskan nama juga nomer HP, atau scan kode QR. Katanya ini untuk memudahkan. Andai ada yang terinfeksi melacak orang yang tanpa sadar berinteraksi dengan si sakit jadi lebih mudah. Pemerintah yang cepat tanggap dengan masyarakatnya yang juga patuh. Bahkan pemerintah sudah menyediakan aplikasi khusus untuk menghadapi pandemi ini. Diharapkan semua orang yang tinggal, bekerja, maupun penduduk lokal untuk mengunduh aplikasi tersebut untuk memudahkan para petugas melakukan pengecekan. Harapanku semoga pandemi ini segera berakhir baik di Taiwan, maupun di seluruh dunia. Agar aku pun tak merasa waswas ketika bekerja, agar aku juga tak khawatir dengan keluarga yang ada di tanah air.

Wanhua Taipei, Taiwan 20 Mei 2021

Bionarasi:
Lusiana, emak dua anak usia 30an yang sedang berusaha menjadi sekuat Picolo.

 

Editor: Erlyna

Grup FB KCLK

Halaman FB Kami

Pengurus dan kontributor

Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply