Kutemukan Imam
Oleh : elmero_id
Insomnianya masih sama, yakni sebab seorang lelaki yang tiada dapat dia miliki. Bersama secangkir kopi hitam yang diseduh dengan manisnya kenangan. Beserta pahitnya rasa ditinggalkan. Setangkai mawar yang rapuh kembali masuk dalam dunia imaji.
Ponsel yang berada di samping tangan kirinya bergetar. Dia mengabaikannya karena waktu sudah sangat larut. Besok, Mawar akan beralasan sudah tidur jika ditanya. Karena imaji sedang begitu aktif merasuk pikiran. Dia tidak mau jika semua kata-kata yang ada dalam pikirannya buyar.
Berbekal sebuah kenangan, Mawar sudah mencetak empat buku novel romansa. Semua kisahnya berakhir bahagia. Setidaknya jika Tuhan memang tidak mengizinkannya bersatu dengan laki-laki itu, maka Mawar membuat semuanya indah meski hanya dalam imaji. Sebab lelaki itu sulit untuk hilang dari ingatannya. Jadi, daripada ingatan itu menggerogoti kepala sehingga akalnya gila, lebih baik mengeluarkannya menjadi sebuah kata-kata.
Mawar, bungaku yang indah. Aku tahu kamu pasti tengah terjaga. Hanya saja kamu tidak mau mengangkat panggilan dariku. Ah, apakah aku harus meninggalkanmu dulu? Seperti Malik yang begitu melekat dalam ingatanmu setelah dia pergi.
Begitu pesan yang masuk ke ponsel Mawar. Tulisan yang diketik dengan rasa cemburu. Mawar pun tersenyum membacanya. Laki-laki yang satu profesi dengan dirinya itu selalu membuatnya geli. Bagaimana tidak? Di setiap pesannya, lelaki itu selalu menggunakan bahasa yang baku.
Wahai engkau Imamku. Janganlah merajuk karena sikapku. Aku tahu kau pun mengerti. Seandainya saja aku adalah senjamu yang memilih diterkam malam, aku pasti beruntung. Bahwa aku selalu menghiasi setiap kalimat dalam tulisanmu.
Mawar membalasnya.
Mereka berdua adalah insan yang dipertemukan dengan keadaan yang sama. Hati yang terluka, pun coretan penuh harap. Bukan menginginkan yang telah pergi dulu kembali. Hanya mencurahkan bagaimana mereka ingin bahagia melalui tulisan. Dan keduanya bisa saling memahami apa yang sebenarnya mereka cari.
Imam tersenyum dengan balasan mawar. Sudah pukul setengah tiga malam, pesan itu baru dibalas. Sejak tiga jam yang lalu dia mengirimnya. Kemudian, tangannya dengan cepat mengetik balasan.
Imajinasimu baru saja berakhir? Mau tidur kapan?
Mungkin menunggu subuh tiba. Kamu sendiri kenapa belum tidur?
Harusnya kamu sudah tahu jawabannya. Aku menunggu balasan darimu.
Mawar tersenyum seketika setelah membacanya. Tapi kemudian, dia bingung untuk membalasnya lagi. Dia hanya mengirim satu kata, “Maaf.“
Tidak apa-apa, Bungaku. Besok sore aku mau mengajakmu makan. Bagaimana?
Boleh. Di mana?
Ada sebuah restoran Jepang yang lagi viral. Namanya Naru-Hina Ramen House. Menu utamanya ramen. Tapi masih banyak pilihan lain kok.
Oke.
Mawar menutup ponselnya.
Naru-Hina, sebuah restoran dengan nama unik. Seperti kedua tokoh dalam serial anime kesukaan Mawar. Pemilik restoran itu juga pasti menyukai anime sepertinya. Mungkin itu juga alasan kenapa menu utamanya ramen. Ya, dalam serial anime itu, Naruto juga sangat menyukai ramen.
Lagi-lagi kenangan yang menyangkut Malik, kata Mawar begitu lara dalam hatinya.
Tubuh yang terbaring di atas ranjang itu menatap putihnya langit-langit. Sekilas warna putih itu menjadi layar luas yang menayangkan banyak kenangan lalu. Kenangan yang hanya dinikmati dirinya sendiri. Tanpa yang lain ikut merindukannya. Tidak apa, karena rindu adalah doa panjang yang tak kunjung Mawar sudahi.
Mawar perlahan menatap kembali ponselnya. Dia mengingat pesan dari Imam tentang restoran Naru-Hina. Katanya, itu adalah restoran yang sedang viral. Sesuatu yang sedang hangat diperbincangkan di dunia maya. Imam pun tahu betul untuk menjelaskannya dengan sangat detail. Karena Mawar pasti tidak memiliki pengetahuan sedikit pun tentang itu.
Sudah empat tahun dia menutup diri dari yang namanya media sosial. Aplikasi seperti Facebook dan Instagram saja sudah tidak dia gunakan. Dia berhenti untuk bermain di dunia maya. Sejak undangan elektronik dari Malik menyebar. Kemudian dia lebih memilih untuk berbagi cerita melalui kata-kata yang dia rangkai di platform.
“Ah, lagi-lagi tentang Malik,” katanya lirih.
Lengan kanannya menutup pandangan. Setengah jiwanya kemudian mulai terlelap. Namun, setengah lagi masih dalam ingatan yang tertuju pada Malik. Sekitar dua jam dan kemudian alarm di ponselnya berbunyi.
Dengan kantong mata yang tebal dia terbangun. Mawar sama sekali tidak merasa jika dirinya tertidur. Dia merasa terjaga karena ingatannya berjalan memutar kenangan Malik. Bodoh! Padahal dia sudah memiliki Imam.
Meskipun Malik masih menjadi orang pertama yang dia ingat saat terbangun, tetap saja Imam yang menjadi alasan untuk dirinya bisa tersenyum menyapa mentari. Tepatnya dari tiga tahun yang lalu. Dan dia yang sudah mengubah Mawar menjadi lebih baik.
Imam sudah mengubah doa Mawar. Yang tadinya, “Tuhan, bagaimana aku melupakan Malik?” menjadi, “Tuhan, terima kasih untuk mengirimkan Imam kepadaku.” Dan dia pula yang membuat Mawar tersenyum dengan isi pesan: BANGUN, KEBO! Jangan lupa sebut namaku setelah kedua orang tuamu dalam dua rakaat Subuh ini.
Mawar tahu betul, berpacaran merupakan hal yang tidak diperbolehkan dalam keyakinannya. Tapi sungguh, tidak ada hal yang berlebihan dari mereka selain memahami masing-masing. Mereka mencari banyak hal bersama untuk sebuah jawaban.(*)
Tashikumaraya, 18 Mei 2021
Seorang pemimpi kecil yang suka mendongeng bernama elmero_id. Lahir di Tashikumaraya, 18 Mei 1994. Penggemar lagu-lagu Taylor Swift garis keras.
Editor : Lily