Review Novel Ingkar, Karya Boy Candra

Review Novel Ingkar, Karya Boy Candra

Review Novel Ingkar, Karya Boy Candra

Oleh: Rachmawati Ash

 

Satu lagi novel karya Boy Candra, berjudul Ingkar, menggiring kita untuk menjelajahi pikiran-pikiran tokoh dalam usia remaja. Pembaca pasti tahu, bahwa setiap karya Boy Candra tidak pernah jauh dari kehidupan sehari-hari yang ada dekat kita. Boy mampu mengangkat cerita sederhana menjadi kisah yang menghipnotis, seolah-olah kita ikut bermain di dalamnya.

Novel yang diterbitkan oleh penerbit Kata Depan pada tahun 2020 ini, terdiri dari 351 halaman. Hampir setia halaman terdapat kata-kata puitis yang menjadi motivasi bagi pembaca. Banyak kutipan-kutipan yang membuat hati para remaja meleleh. Covernya sederhana, tetapi sangat menarik, apalagi dibubuhi kata-kata manis yang memikat pembaca untuk membeli dan mengetahui keseluruhan isinya.

Buku ini berisi kisah cinta Livky dan Agung semasa SMA. Pertemuan mereka berawal pada saat berangkat sekolah di hari pertama. Agung mendapati Livky yang sedang bersedih menemukan bangkai kucing yang tertabrak oleh orang tidak bertanggung jawab. Agung merasa iba dan bersedia menguburkan bangkai kucing yang membuat hati Livky sedih. Dia bersedia membantu menguburkan kucing, sebelumnya Agung menyuruh livky untuk berangkat ke sekolah lebih dulu  karena dia merasa Livky adalah murid baru. Agung menyarankan supaya Livky tidak terlambat di hari pertama masuk sekolah.

Livky merasa lega karena ternyata dia satu sekolah dengan sahabatnya saat masih kecil. Airin membuat Livky terkejut,  karena sebelum lulus SMP Airin pernah mengungkapkan keinginannya akan melanjutkan ke SMK Jurusan Bisnis. Akan tetapi, mereka bertemu kembali di SMA yang sama. Airin bercerita, bahwa ternyata dia tidak direstui orang tuanya untuk belajar di SMK Jurusan Bisnis karena jauh dari rumahnya. Akan tetapi, akhirnya hal ini membuat mereka sangat bahagia, kembali sekelas dan bisa duduk bersebelahan.

Suatu hari pada jam istirahat mereka ingin pergi ke kantin, tetapi tiba-tiba melihat Agung yang berdiri di bawah tiang bendera. Anak laki-laki itu tampaknya sedang dihukum. Seketika Livky merasa bersalah kepada Agung yang rela terlambat masuk sekolah karena membantunya untuk menguburkan kucing yang ditemuinya di jalan tadi. Livky dengan begitu saja menceritakan segalanya kepada Airin, tentang kejadian bersama Agung sebelum masuk ke kelas.

Novel ini mengisahkan tokoh utama, Agung adalah anak yang baik dan patuh kepada orang tua, merupakan anak tunggal dari keluarga yang mampu. Akan tetapi, karena orang tuanya sibuk bekerja maka dia sering kali merasa kesepian. Agung yang sedang di masa labil, mencari perhatian dan membutuhkan teman akhirnya memilih bergabung dengan anak-anak nakal, yaitu Fahmi, Agung dan Bima. Fahmi menjadi ketua geng,  mereka dikenal sebagai anak-anak yang sering membuat ulah dan usil pada para gadis. Fahmi selalu bersikap seolah penguasa di sekolah, sangat badung dan terkenal kejam jika ada yang berani  menantangnya. Siswa lain tidak ada yang berani melawan kelakuan Fahmi yang keras kepala dan arogan. Semua anak takut dan patuh, tidak mau mendapatkan masalah jika bertemu dengan geng mereka.

Pada suatu waktu Livky mendapat giliran sial, menjadi korban Fahmi dan teman-temannya. Akan tetapi, dia berbeda dengan korban yang lainnya. Livky tidak takut kepada mereka , dia melawan balik dan membeladiri saat diganggu. Seperti saat kejadian di danau. Livky, Airin dan adik Livky sedang bermain di sana. Mereka merasa lapar, lalu meminta adik Livky untuk membeli makanan sendirian. Saat di perjalanan Adik Livky bertemu dengan Fahmi dan teman-temannya, dia dipalak dan diminta uangnya. Livky dan Airin tidak sengaja melihat dari kejauhan, segera menyusul dan melawan mereka. di luar dugaan, ternyata Fahmi telah membuat rencana itu tanpa sepengetahuan teman yang lain. Hal ini membuat Agung marah dan akhirnya keluar dari gengnya.

Pada dasarnya Agung tidak suka jika harus mengganggu perempuan, apalagi saat ini dia  berurusan Livky. Tiba-tiba hati Agung merasa tidak tega dan tidak terima melihat Livky menjadi korban kenakalan teman-temannya sendiri. Dia menyadari, ternyata dia telah jatuh hati pada Livky. Selama ini dia berpura-pura benci dan ketus setiap kali bertemu, karena tidak ingin Livky terlibat dengan urusannya bersama teman-teman yang selalu membuat onar. Akan tetapi, hari itu Agung tidak bisa membohongi perasaannya, dia tidak rela Livky disakiti.

Setelah keluarnya Agung dari geng Fahmi, Dia selalu sendirian dan tidak punya teman. Hal ini membuatnya teringat pada masa SMP yang polos dan sering menjadi korban bully. Sementara itu, Livky diam-diam merasa kasian dan merasa berhutang budi kepada Agung, akhirnya dia mendekati dan menjadi teman dekatnya.

Fahmi terus saja membuat ulah, membuat orang tuanya malu dan memutuskan memindahkan nya ke sekolah lain. Guru dan para Orang tua sudah banyak mengeluh akibat kenakalan Fahmi, sehingga orang tuanya tidak bisa berbuat apa-apa selain memindahkannya ke tempat lain.

Setelah kejadian itu, Agung dan Livky sahabat dekat, sering bersama-sama saat di dalam mau pun di luar sekolah. Mereka memutuskan untuk menjalin kasih, para remaja menyebutnya pacaran. Akan tetapi, hal ini membuat Airin cemburu, dia merasa sahabatnya berpaling dan mengabaikannya. Namun, sebagai sahabat yang baik dia tidak berhenti mengingatkan Livky untuk akan cita-citanya kuliah dan tujuannya mendapatkan beasiswa.

Waktu terus berjalan, Agung yang setingkat lebih atas dari Livky telah lulus lebih dulu dan melanjutkan kuliah. Sementara Livky yang naik kelas 3, tidak berhenti  untuk selalu memotivasi Agung agar semangat dalam belajar di perguruan tinggi. Namun, hati kecilnya selalu was-was dalam menjaga hati. Livky sering merasa tiba-tiba tidak percaya pada kesetiaan Agung. Hal ini dikarenakan jarak yang jauh dan komunikasi tidak lancar seperti biasanya. Livky tidak memiliki ponsel, sehingga komunikasi mereka menjadi terhambat dan menimbulkan kecurigaan pada hatinya sendiri. Livky yang masih labil dan kekanak-kanakan meminta putus, namun Agung selalu meyakinkannya untuk selalu setia menunggunya. Masalah tidak berhenti sampai di situ saja, Orang tua Livky tidak merestui hubungan mereka sebagai teman dekat. Mereka mengetahui bahwa Orang tua Agung merupakan seorang tengkulak licik, bahkan Ayah Livky yang seorang petani pernah ditipu oleh ayah Agung. Kecewa dan rasa sakit hati membuat Orang tua Livky tidak mau anaknya dekat dengan Agung.

Livky berusaha fokus pada tujuannya mewujudkan kuliah dan mendapatkan beasiswa meskipun, tetapi bayangan Agung selalu menghampirinya. Sementara itu, Agung mendapatkan teman perempuan baru dan dia adalah anak dari teman orang tuanya. Gadis itu adalah anak dari ibu kosnya. Awalnya Agung tidak pernah menganggapnya, lama-lama mereka menjadi dekat. Agung merasa tidak enak dengan ibu kos karena selalu mengabaikan putrinya. Sampai suatu hari dia bermain dengan perempuan itu sampai larut malam, karena hujan terpaksa mereka menginap di suatu tempat. Mereka melakukan kesalahan yang tidak disadari, sehingga  perempuan itu hamil. Agung pun harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Orang tua Agung merestui pernikahan mereka, tetapi Agung harus tetap melanjutkan kuliah. Hal ini membuat Livky membenci Agung. Dia mendapatkan keyakinan dari Agung untuk tetap menunggu dan setia, tapi kenyatannya dia  mengingkarinya sendiri.

Setelah tahu bahwa Agung telah mengkhianatinya, Livky justru lebih fokus belajar dan mendapatkan beasiswa. Dia berhasil meraih impiannya kuliah melalui jalur PMDK di Universitas terbaik di daerahnya.

Livky menemukan laki-laki baru dalam hidupnya, yaitu sepupu Airin yang bernama bang Asril. Laki-laki itu ternyata telah menyukainya sejak kecil. Dia berhasil menjadi orang istimewa di hati Livky, mampu membuatnya bangkit dari keterpurukan dan menjadi pengobat hatinya yang luka. Bang Asril ternyata adalah teman Livky sejak kecil, mereka sering bermain bersama dan telah akrab. Laki-laki yang menyukainya itu dengan sabar membantu Livky bangkit. Dia memberikan buku yang berisi motivasi, sehingga Livky mampu menjalani kembali hari-harinya seperti sedia kala. Kemudian, kenangan-kenangan semasa kecil pun menjadi cerita yang akhirnya menyatukan hati mereka.  

Kisah percintaan dalam novel ini berakhir dengan happy ending, tetapi mengajarkan kepada kita bahwa cinta yang tulus selalu memiliki tempat yang tepat. Satu kata yang membuat hati meleleh, saat Bang Asril mengungkapkan perasaannya kepada Livky sebelum pergi melanjutkan kuliah, “Aku adalah rumahmu dan pulanglah kapan pun kau mau.”

 

Rachmawati Ash, perempuan yang menyukai warna ungu, merah dan hitam.

Editor: Respati

 

Grup FB KCLK

Halaman FB Kami

Pengurus dan kontributor

Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply