Roda di Dalam Kepala

Roda di Dalam Kepala

Roda di Dalam Kepala

Oleh : Jeevita Ginting

 

Beberapa hari belakangan, setelah bangun tidur, saya merasakan sesuatu yang aneh di dalam kepala. Dan ketika diperiksakan, dokter tak menemukan sesuatu yang salah di sana. Menurutnya saya baik-baik saja, mungkin hanya kelelahan. Tapi bagaimana bisa kelelahan? Padahal saya tidur cukup selama delapan jam per hari. Ah, dokter itu pasti salah.

Saya duduk di teras sambil memandang jalanan yang lengang. Hanya ada beberapa orang yang lewat dengan tergesa. Sudah pukul sembilan, mungkin mereka terlambat bekerja, atau ada hal penting yang harus segera dilakukan. Entahlah, tapi mereka memiliki kesamaan, semuanya memegangi kepala masing-masing menggunakan kedua tangan. Apa mungkin mereka juga merasakan sesuatu yang aneh di kepalanya?

Terdengar bunyi nyaring dari sendok yang beradu dengan mangkuk porselen. Saya lantas berdiri dan bergegas menuju arah sumber suara. Seorang pedagang bubur ayam keliling tengah menepikan gerobaknya di depan sebuah pos kamling. Terdapat beberapa orang di sana. Mungkin mereka sengaja menunggu tukang bubur itu.

“Satu dibungkus ya, Pak. Nggak usah pake kerupuk,” celetuk saya sesampainya di sana.

Pedagang bubur itu mengangguk dan meraih uang yang saya sodorkan. Sambil menunggu pesanan, saya pun ikut bergabung dengan mereka yang berada di pos kamling.

Mereka tampak serius saat salah satu di antaranya menceritakan pengalaman yang dialaminya semalam. Penasaran, saya pun ikut mendengarkan. 

Begitu mendengarkan cerita mereka, saya lantas mengernyitkan dahi. Cerita mereka sangat tak masuk akal. Mana mungkin ada roda di dalam kepala? Apa mungkin seseorang iseng memasukkannya ke dalam sana saat ia sedang terlelap? Atau sejak lahir roda itu memang sudah ada? Entahlah.

Meski ingin tak memercayainya, tapi orang itu mengeluarkan sebuah roda kecil berwarna hitam yang penuh gerigi runcing di pinggirannya. Ia tersenyum semringah, menunjukkan roda yang berhasil dikeluarkannya dari dalam kepala tadi pagi.

“Bagaimana cara mengeluarkan roda ini?” selaku.

Dia kemudian mengambil sebuah cutter, lalu mempraktikkan caranya membuka batok kepala. Oh ya, ternyata masih ada bekas sayatan di kepalanya. Dia menyatukannya kembali menggunakan benang jahit.

Kami mengintip isi kepalanya, bergantian. Ternyata isi kepala itu kosong. Hanya ada saraf yang membentuk sekat-sekat seperti labirin. Dan saat roda itu diletakkan kembali ke kepalanya, roda itu lantas menggelinding dengan sendirinya. Saya yakin, pasti itu sebabnya saya sering merasakan sesuatu yang aneh di kepala. Pasti di kepala saya juga ada roda semacam itu.

Setelah menyantap bubur, saya memutuskan untuk membuka isi kepala, memastikan bahwa juga ada roda di dalam sana. 

Perlahan, pisau dapur ini saya goreskan ke bagian pelipis, lantas menusuknya lebih dalam lagi supaya kepalanya bisa cepat terbuka. Tak butuh waktu lama, kepala saya akhirnya terbelah.

Jujur, saya merasa rileks setelah kepala berhasil dibuka. Mungkin karena angin membelai lembut bagian dalamnya. Saya pun mencoba meraba-raba isinya. Sebal! Bukannya roda, saya malah mendapatkan gumpalan-gumpalan benang wol kusut berwarna usang. Dan jumlahnya sangat banyak. Bahkan, ember berukuran besar yang saya gunakan pun tak dapat menampung semua benang wol itu.

Saya mendesis, lantas meraih benang dan jarum yang telah disiapkan. Sepertinya di dalam kepala saya memang tak ada rodanya. Tapi … mengapa ada banyak sekali benang wol?

Benangnya terlalu pendek, jadi belum sempat saya menjahit keseluruhan kepala, saya harus menyambung benangnya. Namun sial, jarum kecil itu jatuh. Saya menunduk, meraih jarum itu. Dan aneh, sepertinya ada sesuatu menggelinding di kepala saya. Benda itu terasa mengitari seluruh kepala, hingga akhirnya benda itu jatuh ke lantai. Suaranya lumayan nyaring.

Ketemu! Rupanya itu roda yang mirip seperti milik orang di pos kamling tadi. Hanya saja berukuran lebih kecil. Nah, tebakan saya benar kan? Baiklah, saya akan menyimpan roda ini, semoga setelah ini saya tak akan merasakan keanehan apa pun lagi di kepala.

***

Sudah sepekan ini orang-orang bercerita tentang roda milik mereka masing-masing. Ada yang merasa bangga karena rodanya berukuran besar, juga terdapat ornamen berlian di permukaannya. Jelas roda itu sekarang menjadi hal yang sangat istimewa bagi mereka. Tapi… entahlah, saya tetap tak menyukai roda yang membuat kepala saya terasa aneh itu. (*)

 

Jeevita Ginting. Aku memejamkan mata, dan melihat bunga-bunga bermekaran di dada mereka. Aku juga ingin seperti itu, menumbuhkan bunga cantik dari dalam dada.

Editor : Devin Elysia Dhywinanda

 

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply