Perempuan dan Hubungannya dengan Seksualitas
Oleh : Ning Kurniati
Perempuan. Apa yang ada di benakmu mendengar kata ini? Menurut KBBI, perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui. Itu definisi kbbi, kalau kalian yang perempuan bagaimana kalian mendefinisikan diri.
Di luar sana banyak yang beranggapan perempuan itu yang putih kulitnya, yang tinggi semampai, yang pintar, yang berprestasi, yang apa adanya, yang bebas, yang membatasi diri, yang gaul, dan masih banyak lagi. Definisi kalian dan orang lain sangat mungkin berbeda. Namun, apa pun definisi kalian tentu dipengaruhi oleh keluarga, teman, atau dari bahan bacaan baik buku biasa ataupun kitab suci. Pertanyannya adalah apakah definisi itu benar-benar dirimu atau hanya karena ikut-ikutan ingin digolongkan dengan suatu kelompok tertentu.
*
Satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari pembahasan mengenai perempuan—sama halnya dengan lelaki—adalah keinginan seksual. Keinginan itu merupakan kebutuhan alami atau naluriah sebagai makhluk hidup yang ingin melangsungkan kehidupan dan melestarikan generasinya. Tidak ada yang salah, yang harus disayangkan adalah ketika perempuan yang melakukan itu belum dapat bertanggungjawab atas tindakannya. Tidak jarang ‘kan diberitakan sedang diselidiki klinik aborsi yang telah menggugurkan ribuan bayi, atau ditemukan bayi yang dibuang—beberapa masih hidup, sebagiannya mati. Berdasarkan hal ini bisa diasumsikan beberapa perempuan hanya paham kalau seks itu ya, yang terkait dengan jenis kelamin atau persetubuhan atau justru seks adalah pembuktian cinta kepada pasangan. Padahal, ada yang disebut seks berisiko. Seks berisiko adalah (hubungan) seks yang berisiko menularkan penyakit kelamin atau mengakibatkan kehamilan yang tidak dikehendaki.
Berisiko menularkan penyakit kelamin seperti penyakit sifilis dan AIDS, ini biasanya disebabkan karena berganti-ganti pasangan. Sedangkan ketika mengakibatkan kehamilan yang tidak dikehendaki, seringnya disebabkan hubungan yang illegal atau tidak sah di mata agama maupun di mata hukum. Dan satu dampak lainnya yang masih jarang diprediksi yaitu terkait kondisi jiwa: depresi.
*
Perempuan seharusnya sempat memikirkan baik seks dalam ikatan yang sah atau tidak, hasil akhirnya kembali kepada dirinya. Dia yang akan menanggung secara langsung dan begitulah memang kodratnya. Kembali ke definisi sebelumnya, perempuan adalah orang (manusia)8yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, “hamil”, “melahirkan anak”, dan “menyusui”. Sedangkan pihak laki-laki, begitu selesai melakukan hubungan seksual, ya selesai. Berbeda dengan perempuan yang memiliki kemungkinan hamil. Ini yang harus disadari betul akibat dari melakukan hubungan seks itu.
Lalu bagaimana kalau kondisi perempuan tersebut sampai hamil? Bila laki-laki itu bertanggungjawab tentu dia akan merasa ikut terbebani seperti menafkahi si perempuan. Dalam ikatan yang tidak sah akan menjadikannya sah. Tetapi bagaimana kalau laki-laki itu adalah yang lari dari tanggungjawabnya misal meminta si perempuan menggugurkan, atau ujungnya setelah dilahirkan bayi itu justru dibuang.
Maka dari itu pengetahuan terkait seksualitas, tidak seharusnya disepelekan dengan menghindarkan diri maupun orang lain (baca: anak-anak ) dari pembahasan yang tujuannya keilmuan. Baik anak-anak, remaja maupun dewasa, mereka harus paham apa itu dan bagaimana dampaknya sesuai jenjang umur dan lingkungan masing-masing. Terkhusus perempuan. Karena seksualitas itu penting.
(*)
8 November 2020
Ning Kurniati, penulis pemula.