DENDAM

DENDAM

Dendam

Oleh : Musyrifatun Darwanto

 

“Ethan! Tetaplah di sini! Jangan sekali-kali berani menginjakkan kakimu keluar pintu, atau kau akan mati!” Suara berat Tuan Orca, pemimpin klan Dark Witch menggema dalam ruangan berdinding kayu super tebal yang tampak kokoh itu.

Ethan Kriustella, nama baru yang diberikan Tuan Orca kepada laki-laki bertubuh kurus di hadapannya setelah resmi bergabung menjadi anggota klan Dark Witch, jauh berbeda dengan nama laki-laki itu sebelumnya, Mukidi. Membuat lelaki itu merasa lebih keren. Tuan Orca memberinya nama itu setelah melalui ritual Masegoli–ritual khusus untuk memberi nama.

Tuan Orca bukanlah sosok yang kejam, Ethan tahu larangan Tuan Orca barusan semata karena tak ingin dirinya terlibat dalam pertempuran dua kubu yang tengah memanas, White Witch dan Dark Witch.

“Ilmumu masih sebesar anakan plankton! Mana mungkin bisa menandingi kesaktian hiu! Kamu harus menyiapkan lebih banyak ramuan Sagorba agar bisa menjadi anggota klan Dark Witch yang sesungguhnya!” ucap Tuan Orca.

“Baiklah.” Ethan hanya bisa menuruti perintah sang tuan. Baginya, bisa masuk ke dunia ini saja sudah sangat beruntung. Sangat jarang bahkan mungkin hanya dialah satu-satunya ras Warlock yang diterima menjadi anggota Dark Witch. Itu pun karena Tuan Orca berbaik hati setelah melihat keseriusan Ethan ingin menjadi anggota klan mereka.

“Syaratnya tidak mudah, Ethan. Kamu harus tahu itu,” ucap Tuan Orca, saat pertama kali Ethan mengutarakan keinginannya untuk bergabung bersama klan dark witch.

“Apapun akan aku lakukan, Tuan.”

“Termasuk melupakan istri dan anakmu yang menjadi anggota klan rival kita?” tanya Tuan Orca.

“Tentu, Tuan. Apa pun itu,  akan aku lakukan asalkan aku bisa menjadi bagian dari kalian. Klan Dark Witch yang terhormat.” Ethan sengaja merendahkan diri dengan melantaikan sebelah kaki dan mengangkat satu lutut, kemudian menangkupkan telapak tangan di depan wajah.

“Baik. Mulai sekarang kenakanlah pakaian ini dan ikutlah denganku.” Tuan Orca melemparkan jubah besi berwarna perak ke hadapan Ethan.

“Klambi anyar … klambi anyar … kenalno siro, ingsun kang duweni awakmu saiki ….” Tuan Orca mengajarkan mantra yang harus dibaca Ethan sebanyak lima kali sebelum mengenakan baju besi itu.

Hanya dengan menyentuh bagian kedua lengannya, sambil mengucapkan mantra yang diajarkan Tuan Orca, baju itu sudah melekat sempurna dan sangat pas di tubuh Ethan. Luar biasa.

Ethan terkesima dengan kemampuan baju ajaib miliknya, laki-laki itu memandang takjub pada pantulan dirinya dalam cermin besar, terlihat lebih tampan dan juga gagah. Lelaki itu sampai tak sadar bahwa seorang pembantu Tuan Orca sudah masuk ke ruangannya membawa nampan berisi makanan.

“Ethan, makan siangmu sudah siap.” Suara Mairyse, seekor beruang berwarna pink yang diperintahkan Tuan Orca  untuk melayani Ethan selama proses penjelmaan menjadi anggota klan Dark Witch. Beruang cantik itu piawai menyiapkan makanan dan minuman layaknya seorang pembantu.

“Terima kasih, Mairyse. Kamu sangat cantik hari ini.” Ethan mengedipkan sebelah matanya.

Ethan pikir Mairyse akan merasa senang mendapat pujian, tapi ternyata beruang pink itu malah mendengkus mendengar kalimatnya.

“Jangan sekali-kali lagi kamu ucapkan kalimat barusan, atau aku tidak akan membuatkan makanan untukmu lagi!” ucap Mairyse dengan nada penuh tekanan sebelum beranjak pergi.

Ethan bergidik melihatnya. “Dasar beruang aneh!” rutuknya pelan.

Semenjak bergabung dengan Dark Witch, Ethan mulai terbiasa makan daging hewan-hewan yang sebelumnya ia anggap tak lazim dikonsumsi. Daging katak, daging kadal, daging tikus, bahkan, Mairyse pernah membuatkannya semangkuk sup berudu.

Awalnya, Ethan enggan menyantap makanan-makanan itu, tapi karena tak tahan oleh rasa lapar, akhirnya ia pun mencicipinya juga. Ternyata, makanan itu semua terasa lezat di lidahnya. Entah karena Mairyse yang piawai mengolah masakan atau memang karena selera makannya yang sudah berubah sejak masuk ke dunia Dark Witch.

“Ethan, bahan baku untuk membuat ramuan Sagorba sudah hampir habis. Kamu harus bergegas mencari kuntum Raflesia Arnoldi lagi.” Ethan baru saja hendak menyuapkan makanan, ketika suara bariton Mairyse mengagetkannya.

“Baiklah, Mairyse. Tapi, aku harus menunggu Tuan Orca pulang dulu, dia tidak mengizinkan aku keluar selama pertempuran masih berlangsung.”

“Terserah kamu saja.”

Beruang pink itu lantas beranjak menuju dapur.

 

***

 

Langit mendung White Land, dengan awan hitam yang berarak-arakan, seakan turut serta membawa kerinduan Ethan pada Shanoon. Gadis yang bersedia menikah dengannya meski mereka berasal dari klan yang berbeda. Sayangnya, cinta Shanoon kepada Ethan tak lebih besar dari rasa hormat kepada klannya. Hal itulah yang menjadi alasan Ethan memilih masuk ke klan Dark Witch. Klan yang menjadi musuh bebuyutan White Witch.

Ethan sengaja pergi meninggalkan Shanoon dan Gerald–putera mereka–demi meleburkan diri menjadi bagian dari Dark Witch. Mereka mengira Ethan telah tewas oleh penyihir jahat.

Masih terbayang jelas dalam benak Ethan, wajah Shanoon yang meraung menagisi kabar kematian dirinya yang di bawa oleh Marriot–sahabat Ethan dari klan Dark Witch. Ethan sengaja membayar Marriot dengan memberinya ramuan awet muda demi untuk mengabarkan pada Shanoon bahwa ia telah tewas dalam pertarungan.

Shanoon yang terus menangis sambil memeluk Gerald tidak menyadari keberadaan Ethan di belakang pohon beringin besar depan rumah mereka. Perasaan sedih hati Ethan saat itu tidak berbeda dengan Shanoon. Namun, bagaimana pun laki-laki itu harus meninggalkan kekasihnya, demi membalaskan dendam kepada Harygon–mantan pacar Shanoon– yang diam-diam masih menyimpan hati pada istrinya itu.

Sebenarnya Ethan tak pernah peduli dengan masa lalu mereka. Akan tetapi, sikap Harygon yang terus-menerus melecehkan ras Warlock–yang dianggap sebagai klan paling rendah–, lambat laun membuat hati Ethan diliputi dendam.

“Dasar klan rendahan! Kau sungguh tak pantas bersanding dengan wanita cantik dari klan kami. Cuih!” Dengan sombongnya Harygon melontarkan kata-kata yang menjatuhkan harga diri Ethan sebagai laki-laki.

Amarah dalam dada ethan memuncak. Ia ambil sebilah pedang yang tersampir di punggungnya lalu menebaskan tepat di leher Harygon. Namun, pedang itu malah berdenting kemudian terpental. Sungguh membuat malu!

Hal itu membuat Harygon terpingkal-pingkal.

“Awas, kau, Harygon! Suatu saat kau harus mati di tanganku!” Ethan mendengkus.

Tawa ejekan Harygon benar-benar menjadi cambuk bagi Ethan untuk mengumpulkan kekuatan lebih banyak agar bisa mengalahkan rivalnya itu.

Mungkin itu lah sebab Tuan Orca berkenan menjadikan Ethan anggota dari klannya. Memanfaatkan dendam yang membara terhadap salah seorang klan White Witch, dan itu bisa menjadi sumber kekuatan yang luar biasa.

***

Sepuluh purnama berlalu, malam yang telah lama dinantikan oleh seluruh klan Dark  Witch, terutama Tuan Orca akhirnya tiba. Tepat jam dua belas malam, seluruh planet dalam tata surya akan berada pada satu garis lurus dengan matahari. Peristiwa yang hanya terjadi setiap 500 tahun sekali. Purnama darah.

“Dendamku harus kutuntaskan malam ini juga!” teriak Ethan di antara riuh suara prajurit Tuan Orca. Pedang dalam genggamannya berkilat, seperti telah ikut bersiap menuntaskan tugasnya di tangan Ethan.

Malam itu, peperangan antar kedua klan berlangsung begitu sengit. Tanpa Ethan sadari, ada sepasang mata yang mengamatinya sejak tadi, sepasang mata yang merindukannya. Tapi kerinduan itu menguap, berubah menjadi benci saat mengetahui sang pemilik rindu ternyata berkhianat.

Dialah Gerald. Tanpa ragu, pemuda itu mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, lalu menghunjamkannya sekuat tenaga ke tubuh sang ayah.

 

End.

 

Indragiri hilir, 3 Oktober 2020

 

Musyrifatun Darwanto, perempuan penyuka hujan, bunga, benang, dan pena.

 

Editor : Freky Mudjiono

 

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

 

Leave a Reply