Ketika Mars dan Venus Dipertemukan Lewat Perjodohan.
Oleh. Ardhya Rahma
Judul. : Nara Nadir (Antara Cinta dan Harta)
Penulis : Lisna Anwar
Penerbit : Biru Magenta Media
Halaman : 401
Cetakan 1: Juni 2020
Review buku ini saya mulai dari sampul atau cover novel. Cover berwarna hitam ini sangat menarik menurut saya, mungkin warna ini dipilih untuk menggambarkan sisi gelap dari Nadir salah satu tokoh utama.
Gambar tangan memegang hati dan di sisi lain memegang pundi uang seolah menggambarkan pilihan yang menjadi sub judul : Antara Cinta dan Harta.
Saya cukup terkesan pada cover yang simple ini. Sayangnya, pilihan huruf pada judul terasa aneh buat saya. Huruf seperti itu lebih cocok digunakan pada novel dengan genre komedi.
Layout juga simpel dan efisien. Hal yang membuat saya suka, layoutnya tidak membiarkan satu pun halaman kosong tanpa berisi kutipan kata-kata bijak. Salah satu hal yang paling saya sukai di novel ini adalah bertebaran kutipan kata-kata bijak tersebut.
Novel ini bercerita tentang Nadir Natajaya seorang pria kasar, arogan dan keras kepala dan Nara Dewi Gadis ulet yang menjelma bak kupu-kupu.
Mereka dipertemukan oleh Vidar Natajaya, ayah Nadir. Vidar terkesan oleh kelemah-lembutan dan ketulusan yang ditunjukkan oleh Nara Dewi saat merawatnya selama masa kemoterapi.
Dua sifat yang bertolak belakang juga latar belakang yang bagaikan bumi dan langit, sudah barang tentu membuat Nadir menolak perjodohan dengan gadis bisu dan miskin itu meski gadis tersebut berparas rupawan.
Akan tetapi demi mewarisi kerajaan bisnis Natajaya, Nadir harus menekan ego untuk menikah dengan Nara yang dia anggap tidak sederajat dan hanya menjadi pemburu harta. Di pihak lain, Nara harus menempa kesabaran dalam menaklukkan karang kokoh yang membencinya.
Alur maju dengan beberapa flashback yang ditulis runtut membuat novel ini enak dibaca. Meskipun tebal, lebih dari 400 halaman, tapi novel ini tidak terasa membosankan karena adanya banyak anak konflik yang menunjang konflik utama menuju puncak.
Jalinan konflik yang diungkap secara perlahan, membuat terungkap pula hubungan tak terduga antara para tokoh. Hal tersebut bagaikan kejutan yang tersaji satu per satu dalam tiap babnya. Tarik ulur yang membuat pembaca tak sabar untuk membuka bab selanjutnya.
Bahkan, ada beberapa adegan baik narasi maupun dialog yang menjadi kenangan yang sulit dilupakan oleh pembacanya termasuk saya, tapi tidak akan saya ungkap karena letaknya yang mendekati ending akan membuatnya menjadi spoiler.
Dalam prakata disebutkan bahwa novel ini bergenre roman religi. Ini menarik sekali karena novel ini bisa menunjukkan bahwa tidak selamanya novel religi penuh dengan ayat dalam kitab suci. Cukup sisipkan pesan moral tanpa harus menggurui. Menariknya lagi ada penggambaran adegan suami istri yang diumpamakan seperti bermain musik … sama sekali tidak vulgar.
Terlepas dari kekurangannya yang hanya sedikit, menurut saya novel ini sangat pantas untuk dikoleksi.
Surabaya, 1 Oktober 2020
Bionarasi :
Ardhya Rahma, nama yang ingin ditorehkan dalam setiap buku yang ditulis. Berdarah campuran Jawa dan Kalimantan. Mempunyai hobi membaca dan traveling. Baginya, menulis adalah proses mengikat ilmu dan pengalaman hidup. Berharap mampu menuangkannya dalam buku yang sarat makna bagi pembaca. Tulisan yang lain bisa dijumpai di akun FB @Ardhya Rahma
Editor : Freky Mudjiono
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata