Firefly and The Dromit

Firefly and The Dromit

Firefly and The Dromits (part 3)
Oleh : Freky Mudjiono

Hujan masih terus membasahi tiap jengkal tanah di lembah Valvey, dan Firefly masih tetap termenung sendirian. Pikiran gadis itu sibuk menghitung waktu. Dua puluh tiga hari lagi … selama itu. Tetesan air yang jatuh dari langit, akan lebih sering hadir mengiringi kedatangan bulan Reomon yang kemerahan. Hal yang akan semakin menambah kegelisahan pria yang dicintainya. Yang juga berarti, Firefly akan semakin sulit untuk tidur nyenyak sebab berkali-kali akan terbangun oleh erangan yang berasal dari mimpi buruk Arsen. Kurangnya tidur, membuat mood Firefly memburuk sedikit demi sedikit.

Firefly melempar pandangan ke arah kamar di mana Arsen berada, hingga jatuh ke pintunya yang tertutup rapat. Kenapa? Kenapa? Kenapa ia harus jatuh cinta begitu dalam pada pria yang terbaring di dalam sana? Lihatlah betapa kacau hidupnya sekarang. Setiap waktu menanggung kecemasan yang menggumpal tak terurai, hingga terkadang seakan menyumpal jalan napasnya. Sesak. Entah apa yang membuatnya terus bertahan. Kepalang basahkah?

Mata fluorescent milik Firefly ganti menjelajah sekeliling ruangan yang hampa. Benak Firefly mengira-ngira. Seperti inikah hati Arsen saat ini? Atau apakah ramuan itu telah berhasil sedikit membuka celah, hingga Arsen bisa merasakan kehadirannya meskipun hanya berupa bayangan?

Terkadang, Firefly bisa merasakan penolakan di mata Arsen, meski mulut pria itu mengatakan hal sebaliknya. Bukankah mata adalah jendela menuju bilik jiwa yang terdalam? Ini bagai tabir tipis yang membuat Firefly masih tetap tidur di kamar terpisah hingga kini. Padahal, Haze bilang, penyatuan diri mereka berdua akan membuat ramuan concupis bekerja lebih cepat.

Namun, bagaimana bisa ia menyerahkan diri pada hati yang belum mencintainya sepenuhnya? Ramuan itu memang mampu membuat Arsen tergila-gila pada orang yang pertama terlihat, sesaat setelah meminumnya. Namun, benarkah itu cinta? Atau hanya reaksi kimia yang menekan nalar dan membangkitkan insting liar yang dimiliki setiap makhluk?

Tidak. Firefly menggeleng kuat. Ia tidak boleh berpikir sembarangan. Ia tidak boleh lemah di saat seperti ini. Tidak boleh!

Haze pernah berkata, teknik pengobatan dan ramuan hanyalah sebuah cara. Keduanya tidak lebih berarti dari keyakinan yang kuat. Ia harus tetap yakin! Arsen akan benar-benar mencintainya saat bulan Reomon muncul nanti. Segala kekhawatirannya akan pudar saat itu. Semua hal tidak menyenangkan akan terbayar. Lalu, setelah beberapa lama … ia akan bisa kembali ke Negeri Dawn, bersama Arsen tentunya. Sesaat mata Firefly berbinar, senyum tipisnya terbit.

Namun, di luar sana, cuaca seolah tak mengamini khayalan Firefly. Langit tidak hanya mencurahkan air, tetapi juga menyuarakan guntur yang menggentarkan siapa pun yang mendengarnya. Tubuh Firefly menegang seiring suara derit pintu di antara kilat dan guntur yang saling berlomba.

Lekat Firefly mengawasi daun pintu, sebuah plat besi tipis menyelinap di antara celah daun pintu dan menggeser palang kayu perlahan. Mata gadis itu membulat, pintu akan terbuka! Sudah terlambat untuk berlari ke kamar Arsen dan membangunkan pria itu untuk melindunginya. Lagipula, apakah Arsen akan menolong, atau kembali melihatnya dengan tatapan aneh seperti beberapa kali saat Firefly membangunkannya dari tidur?

Pintu mulai membuka meski sangat lambat. Sepertinya, seseorang di balik sana juga tengah berhati-hati tentang apa yang akan menyambutnya di dalam ruangan. Firefly merogoh lipatan pakaiannya, jemarinya bisa merasakan gagang dari belati yang selalu dibawanya ke mana-mana. Entah siapa yang mencoba masuk, tapi ia jelas sangat lihai. Firefly bahkan tidak mendengar langkah kaki di anak tangga. Anak tangga itu memiliki perangkap di salah satunya, alat pengaman yang disiapkan Haze. Namun, sepertinya kali ini tidak berfungsi.

Apakah itu para Widerer? Mungkin saja. Hujan membuat mereka mencari tempat untuk berteduh. Mereka penjelajah yang pintar. Pasti tidak sulit mengenali perangkap yang dibuat Haze. Pintu ini terkunci dari dalam, seharusnya, mereka pasti tahu bahwa rumah panggung ini berpenghuni. Namun, melihat gelagat mencuri-curi masuk tanpa salam seperti ini, pasti mereka tidak memiliki niat bertamu secara baik-baik.

Firefly bergeming. Tubuhnya kaku membayangkan sosok di luar sana adalah kaum yang terkenal kasar dan semena-mena itu. Daripada penjelajah, mereka lebih pantas disebut pemangsa. Kelakuan mereka lebih mirip hewan buas yang tidak kenal ampun, terutama pada wanita. Hanya kaum Dromit yang bisa menundukkan mereka. Firefly menelan ludah, ia ingin berteriak memanggil Arsen. Apa pun yang tengah melanda pria itu, saat ini ia tetaplah satu-satunya yang bisa menghadapi Widerer, tapi rasa takut membuat Firefly sulit mengeluarkan suara.

“Mmhh, Ars … Arsen.” Akhirnya panggilan lirih berhasil dari bibir Firefly. Belati yang tadinya tersembunyi, kini telah dihunus ke depan. Mata Firefly mengerjap gelisah menghadapi pintu yang kini terbuka semakin lebar.

“Arsen!!!” Teriakan Firefly membahana di ruangan, napas gadis itu menderu dengan air mata yang bersiap melesak keluar. Ia sangat takut. Sangat takut! Ia tidak bisa menghadapi ini sendirian!

Seiring teriakan Firefly, cuaca di luar berubah seketika. Hujan berhenti bagai dikomando. Langit juga telah berhenti menggerutu dengan guntur dan kilatnya, meski mendung masih bergelayut.

Namun, Firefly tidak sempat memperhatikan itu semua. Ia terpaku melihat seseorang yang tiba-tiba menerjang masuk dari pintu yang belum sepenuhnya terbuka.

Ia benar-benar tidak mempercayai penglihatannya.

“Katakan! Apa yang terjadi?”

Firefly mengerjapkan mata. Ia tidak salah lihat! Sosok di hadapannya benar-benar ….

“Haze!” Firefly menjatuhkan belati yang sedari tadi digenggamnya erat, lalu berlari menubruk tubuh Haze yang berdiri siaga di ambang pintu.

“Kenapa dengan Arsen? Kenapa kau berteriak? Apakah terjadi sesuatu?” Haze bertanya beruntun.

Untuk beberapa saat, Firefly hanya mampu menangis, semakin menenggelamkan wajah dalam dekapan sang Ayah. “Untunglah … untunglah kau datang,” ucapnya dengan nada lega.

Di luar mendung mulai tersibak.(*)

Bersambung ….

part sebelumnya : Firefly and The Dromits

Freky Mudjiono. Wanita yang sangat menyukai dunia literasi.

Editor : Uzwah Anna


Grub FB KCLK
Halaman FB kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply