Mayat dalam Sumur (Episode 2)

Mayat dalam Sumur (Episode 2)

Mayat dalam Sumur
Oleh : Zalfa Jaudah Jahro (Episode 2)


Yilya berlari menuju sumur. Ia mulai cemas, sebenarnya apa lagi yang akan terjadi?

Mayat seorang perempuan tergeletak begitu mengenaskan tepat di samping sumur. Wajahnya dipenuhi bekas sayat pisau, begitu malang nasib perempuan yang bahkan sama sekali Yilya belum ketahui. Saat Yilya berjalan mendekat, muncullah roh dari dalam jasad perempuan malang itu.

“Tidak ada kematian tanpa sebab,” ujar roh perempuan malang itu seraya memaksakan senyum.

Kyna memeluk kedua kaki Yilya dengan sangat erat, ia terlihat sangat takut dengan kejadian mengerikan yang dilihat dengan kedua bola matanya.

“Kyna, Sayang, kamu tutup mata sekarang, Nak!” seru Yilya, ia sangat merasa khawatir dengan putri kecilnya.

“Takut, Bunda … Kyna mau ke rumah Kiki.” Perkataan Kyna membuat Yilya berpikir sejenak.

Yilya mengangguk cepat, ia berpikiran untuk memanggil Ki Barjo yang baru saja meninggalkan rumahnya. Seketika, Yilya menyuruh Kyna untuk berlari cepat meninggalkan ruangan penuh misteri ini.

“Kyna, tolong panggil Ki Barjo sekarang. Kyna lari dari sini, Nak ….” Yilya berusaha menyuruh Kyna dengan perlahan.

“Kyna takut, Bunda … tante itu berdarah! Kyna kasihan liatnya.”

“Ayo, Sayang! Kyna panggil Kiki sekarang. Sebentar saja, Nak. Bunda yakin kalau Kyna itu anak yang pemberani.”

Air mata Kyna mengalir begitu saja, jemarinya bergetar hebat. Yilya sangat mengetahui jika putri kecilnya sangat ketakukan melihat kejadian mengerikan ini. Namun, jika Kyna masih berdiri bersamanya, besar kemungkinan ia akan mengetahui kejadian buruk lainnya. Maka dari itu, biarlah Kyna pergi untuk memanggil Ki Barjo. Toh, Ki Barjo pun pasti akan membantunya. Hingga akhirnya, Kyna berlari cepat menuju rumah Ki Barjo seraya meneteskan air mata.

Setelah kepergian Kyna, roh tersebut berusaha merasuki Yilya, tetapi tidak mudah untuk roh tersebut masuk ke dalamnya. Hal itu membuatnya kesal dan terlihat bodoh. Yilya yang merasa bingung hanya terdiam ketika roh tersebut berputar-putar mengelilingi tubuhnya, kedua bola matanya terus menatap bagian tubuh jasad yang ada di hadapannya seraya memikirkan kejadian apa yang sebenarnya terjadi?

Bagaimana mungkin jasad tersebut muncul dari dalam sumur? Terutama, ketika Yila melihat beberapa bagian tubuh yang hancur, Yilya mulai menebak jika mungkin saja jasad tersebut kehilangan nyawa akibat mutilasi dari seseorang yang tidak diketahui. Namun, mengapa tiba-tiba kemunculan mayat tersebut dari dalam sumur?

Mungkinkah penyebab kematian mayat perempuan malang itu ada sangkut pautnya dengan sumur?

“Perempuan bodoh! Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya roh tersebut sembari menatap tajam Yilya yang masih terdiam.

“Kenapa aku bisa mendengar suaranya?” batin Yilya merasa heran.

“Jawab, Bodoh!”

Yilya memutar bola mata malas sembari berkacak pinggang agar terlihat lebih menantang. Yilya merasa sedikit kesal, baru beberapa hari dirinya menempati rumah ini, tetapi banyak kejadian aneh dan hal mistis yang membuat kehidupannya terganggu.

“Aku sangat merasa iba dengan keadaan jasadmu yang terlihat sangat mengenaskan.” Perkataan Yilya mampu membuat roh tersebut menggila. Hampir saja ia mencekik leher Yilya, tetapi gerakan lincah dari tubuh Yilya mampu untuk menyelamatlan dirinya.

“Yang seharusnya merasa iba itu kamu, Bodoh! Akan kupastikan jika kehidupanmu tidak tenang karena suami—”

“Hentikan!” seru Ki Barjo dengan cepat ketika ia baru saja datang bersama dengan Kyna.

Roh perempuan malang itu tersenyum meremehkan ketika Ki Barjo menunjuk ke arah sumur. Yilya merasa heran, seolah hanya Ki Barjo-lah orang yang dapat menjawab seluruh pertanyaan tentang hal aneh yang ada pada rumah ini.

Namun, Yilya kembali teringat dengan perkataan Ki Barjo bahwa hanya dirinya yang dapat menyadarkan, entah itu menyadarkan siapa, yang pasti Yilya bertekad untuk mengungkap semuanya. Yilya sudah siap atas kejadian buruk yang bisa saja ia hadapi di kemudian hari.

“Pergi dari sini, Siluman!” bentak Ki Barjo dengan penuh emosi.
Pandangan Yilya sesekali menatap Ki Barjo. Bertahun-tahun ia mengenal lelaki yang usianya tidak lagi muda ini, baru pertama kali Yilya melihatnya meluapkan emosi.

“Tenang saja, aku sadar diri. Siluman sepertiku memang tidak pantas berada di sini, tetapi, apakah pantas jika ada seorang manusia bejat yang menjelma—”

“Kuperingatkan sekali lagi untuk kau lenyap dari sini!”

“Baik, tidak perlu mengeluarkan nada tinggi, Tuan. Kau membuat cucu kesayanganmu ini ketakutan,” sindir perempuan malang itu seraya menunjuk Kyna.

“Bukan urusanmu! Jangan pernah kau muncul kembali, atau aku akan—”

“Aku akan membongkar semua—”

“LENYAP KAU SILUMAN!” Bentakan Ki Barjo yang terakhir kali membuat perempuan malang itu tersenyum seraya mengatur napas kesal.

“Akan kubalas! Kematianku bukan hal yang wajar. Dengar ini, Yilya! Aku tidak akan membiarkan hidupmu tenang.”

Perempuan malang itu menghilang dengan cepat. Tidak ada yang tersisa, semua masih sama seperti kejadian pagi tadi. Seluruh jejak atas kedatangan makhluk yang entah berasal dari mana itu mendadak hilang.

Kyna masih menangis, ia terlalu kecil untuk memahami semua perkataan yang didengar olehnya. Ki Barjo segera memeluk Kyna untuk menenangkan dan memberi rasa aman pada cucu yang sangat ia sayang.

“Jangan nangis lagi, ya. Cucu Kiki enggak boleh takut, ada Kiki di sini.”

“Takut, Ki … Kyna enggak suka tinggal di sini. Kyna enggak mau ketemu mayat itu lagi.”

Ki Barjo menghela napas berat, ia tampak khawatir. “Kyna enggak perlu takut, kan, ada Kiki. Tenang ya, Nak.”

“Kyna enggak mau tinggal di sini, Bunda,” ujar Kyna mengeluh seraya menatap Yilya meski tubuhnya masih berada dalam dekapan Ki Barjo.

“Jangan ingat kejadian tadi, Sayang. Di sini ada Bunda, ada Kiki.”

“Kyna mau ketemu Ayah!”

Yilya mengangguk cepat. “Ayah masih kerja, Sayang. Nanti sore pasti pulang, kok. Kyna sabar, ya.”

“Kalau Kyna masih takut di sini, Kyna boleh main ke rumah Kiki dulu, yuk. Kita main, tapi Kyna harus janji enggak boleh nangis lagi,” bujuk Ki Barjo seraya mengusap air mata Kyna.

“Boleh, Bunda?” tanya Kyna seraya menatap Yilya.

“Boleh, Sayang.”

Kyna mulai tersenyum sembari mengalihkan pelukan pada Yilya. Ki Barjo mengajak Kyna untuk bermain agar Kyna tidak lagi mengingat kejadian mengerikan itu. Ditambah, Yilya harus membeli sayuran bersama Bu Nirma—tetangga sebelah—di tempat biasa.

Setelah Kyna dan Ki Barjo pergi, Yilya berjalan menuju lemari untuk mengambil selembar uang. Namun, betapa terkejut dirinya saat ada jemari yang mencengkam lengannya. Yilya berusaha melepaskan diri, tetapi sungguh cengkaman tersebut tidak bisa terlepas dengan mudah. Yilya terus merapalkan doa-doa agar diselamatkan dari segala kejadian buruk yang akan menghampirinya.

Dengan cepat, Yilya mengeluarkan seluruh baju yang ada di dalam lemari tersebut agar tahu, makhluk apa yang kini mengganggunya. Ternyata, Yilya sama sekali tidak menemukan makhluk apa pun. Cengkaman itu sama sekali tidak terlihat pemiliknya. Hanya ada potongan tangan yang terus mencengkam. Darah berlumuran terus menetes, membuat lemari milik Yilya benar-benar berantakan.

“Apa lagi ini …,” ujar Yilya seraya memejamkan mata.

“Tolong biarkan aku pergi. Akan kuselesaikan semua permasalahan yang ada di rumah ini, beri aku waktu.”

Usai perkataan Yilya, jemari itu perlahan mulai terlepas begitu saja. Sekarang, Yilya semakin merasa yakin ia harus mengusut tuntas semua hal yang berkaitan dengan rumah barunya. Terutama mengapa hidupnya diganggu oleh mayat-mayat yang entah berasal dari mana.

Yilya segera berjalan menuju tukang sayur bersama dengan Bu Nirma meski di dalam hatinya ia tidak berhenti memikirkan langkah apa yang selanjutnya akan Yilya lakukan.

“Sudah, enggak perlu dipikirin tentang mayat dalam sumur itu, Bu Yilya,” ujar Bu Nirma tiba-tiba.

Seketika langkah Yilya terhenti. Ia merasa terkejut bukan main atas perkataan yang Bu Nirma ucapkan. Bagaimana mungkin tetangga barunya itu mengetahui tentang mayat yang selalu muncul dalam sumur?

“Tunggu. Bu Nirma tahu sesuatu?”

Bu Nirma mengangguk cepat. “Sedikit banyaknya saya tahu. Tapi, biarlah Bu Yilya tahu sendiri dengan hal yang akan Ibu lakukan nanti. Saya cuman bisa bantu sedikit aja, kalau Ibu dapat kesulitan nanti.”

“Tolong bantu saya, Bu. Di sini saya hanya orang baru yang terpaksa harus menyelidiki hal yang tidak masuk akal.”

“Saya yakin, hanya Ibu yang bisa menyadarinya.”

Lagi-lagi, ada orang yang berkata bahwa hanya Yilya yang dapat menyadarinya. Sebenarnya, siapa yang harus ia sadari? Mengapa semua terlalu rumit?

“Hati-hati dengan sumur itu, Bu. Terutama dengan Kyna dan si kecil. Sumur bukan tempat yang cocok untuk mereka. Hal buruk akan terjadi, tidak menutup kemungkinan dengan kematian.”

Bersambung ….

Zalfa Jaudah Jahro, lahir di Karawang.
Cerita Mayat dalam Sumur ini sudah di-posting di Wattpad @Af_Lazorhaj03 dan Facebook @Jaudy Zahra, @Zalfa Jaudah J.


Editor : Fitri Fatimah

 

Leave a Reply