Hantu Laki-laki Jeruk Nipis
Oleh : Rachmawati Ash
Sebuah keranjang berisi penuh jeruk nipis terletak di meja teras rumah Arya. Seketika membuat kedua bola mata Arya terbelalak karena terkejut. Arya memalingkan pandangan, melewati keranjang dengan langkah menuju ke pintu rumahnya. Dadanya berdebar-debar lebih kencang, mendadak ingatannya melayang pada cerita orang-orang bahwa ada hantu laki-laki yang selalu mengantar jeruk nipis di daerahnya. Arya membuka pintu rumah, segera masuk dan mengambil air minum di kulkasnya. Melepas sepatu dan melempar tasnya di atas sofa depan TV.
Ada rasa takut yang menyerbu di dadanya. Arya mencoba mencerna cerita orang-orang tentang hantu laki-laki yang senang mengantar jeruk nipis. Konon, siapa saja yang mendapat kiriman jeruk nipis secara misterius maka beberapa saat kemudian akan ditemukan tewas dengan tidak ajar. Arya merinding membayangkan cerita seram itu. Pikirannya campuraduk tidak karuan, rasa takut membuat kakinya gemetar saat melangkah ke kamarnya.
Arya masih membayangkan bagaimana kalau dia didatangi hantu laki-laki jeruk nipis. Apa yang akan dilakukannya. Kembali pikirannya mengingat cerita orang yang sudah turun temurun. Konon, hantu laki-laki jeruk nipis arwahnya penasaran karena meninggal saat kecelakaan di area balap motor. Orang-orang mengatakan bahwa arwahnya meminta tolong kepada orang lain, untuk membersihkan darahnya yang masih tertinggal di jalan tempatnya kecelakaan.
Arya tidak percaya dengan cerita orang-orang di sekitarnya. Arya dan teman-teman balapnya sering bercanda dengan cerita ini. Mereka saling menjadikan cerita ini sebagai lelucon saat sedang berkumpul bersama.
**
Beberapa jam Arya mencoba menghilangkan pikirannya dari hantu laki-laki jeruk nipis. Arya membuka buku pelajarannya, mulai mengerjakan PR yang diberikan oleh guru sejarahnya siang tadi. Percuma, pikirannya masih belum tenang bahkan sampai matanya mengantuk. Sebelum tidur Arya memastikan bahwa keranjang jeruk nipis di teras rumahnya sudah tidak ada dan dia dapat tidur dengan tenang. Arya memberanikan diri mengintip ke luar rumah dari jendela ruang tamu. Benar saja, keranjang berisi jeruk nipis sudah tidak berada di tempatnya semula. Arya merasa lega dan segera kembali ke kamarnya.
Arya yakin bahwa ada temannya yang bercanda. Salah satu temannya pasti telah mencoba mengerajinya dengan lelucon murahan. Arya melanjutkan mengerjakan PR sebisanya. Matanya mengantuk, tugasnya belum selesai tetapi rasa malas lagi-lagi menyerangkan dengan kuat. Arya mengambil ponsel, menghubungi Bimo yang sudah berjanji akan datang ke rumah untuk menemaninya tidur malam ini. Beberapa kali panggilan dialihkan, membuat Arya malas dan meletakkan ponselnya dengan sembarangan di atas kasur.
**
Arya berjalan dengan kaki telanjang menuju kebun belakang rumah. Harusnya malam ini bulan terlihat bulat sempurna, namun mendung tiba-tiba datang dan menutup keindahannya. Beberapa detik lalu, Arya mendengar suara semak bergerisik seperti dilalui langkah seseorang. Arya mengendap-mengandap memastikan bahwa keadaannya aman di kebun yang tanpa lampu.
Telinganya mendadak peka, berusaha menangkap suara apa saja yang bisa ditangkap olehnya, matanya terus menyisir bagian kebun yang gelap-cahaya berpendar dari dalam kamarnya. Aryo merasa was-was, dadanya semakin berdebar kencang. Tubuhnya yang kurus tinggi mengendap-endap seperti maling di rumahnya sendiri.
Bleserrr, angin menyelinap di tengkuknya, membuat bulu kuduk berdiri dan merasa khawatir. Arya merasa ada seseorang yang jahat sedang mengintai rumahnya. Mungkin pencuri, atau perampok.
Arya terkejut, mendengar suara benda besar terjatuh di teras. Aryo mempercepat langkahnya, menuju ke teras dan berpikir dia akan berhasil menangkap pencuri di rumahnya. Aryo berlari, jantungnya berdegup sangat kencang, meskipun ada rasa takut di hatinya, tetapi dia berusaha berani.
Ayah dan Ibu sedang menghadiri acara dan menginap di rumah Paman. Arya harus bisa menjaga dirinya sendiri dan juga keamanan rumahnya. Arya semakin terkejut, saat kedua matanya mendapati motor besarnya tergeletak di teras rumah, beberapa jeruk nipis berceceran di sekitar motornya. Pikiran Arya sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Jantungnya semakin berdebar kencang, tubuhnya yang kurus tinggi gemetar, keringat dingin membanjiri pelipis dan punggungnya.
Arya menegakkan motor, menjalankannya dengan kecepatan tinggi. Pikirannya sangat takut, Arya ingin cepat-cepat sampai di rumah Bimo-temannya. Arya merasa terancam dan harus mencari tempat berlindung. Pikirannya hanya satu, segera bertemu Bimo, temannya yang satu hobi bermain balap motor.
Arya menghentikan motornya tepat di depan rumah Bimo, matanya menangkap keranjang berisi jeruk nipis di teras Bimo. Keranjang ini lebih besar ukurannya dari pada keranjang yang dilihat di rumahnya siang tadi. Dadanya masih berdegup kencang, rasa khawatirnya berubah menjadi rasa takut. Malam belum begitu larut, tapi keadaan di sekitar terasa sangat sepi. Lampu di rumah Bimo juga sudah dimatikan, pertanda tak ada aktifitas di dalamnya. Arya memutuskan meninggalkan rumah Bimo dan melaju ke rumah Aris-temannya selain Bimo.
Sepanjang jalan jantungnya berdebar sangat kencang, ingatannya kembali pada kejadian beberapa hari lalu. Salah satu temannya yang bernama Bagas mengalami kecelakan di area balap motor. Arya dan teman-temannya iseng menaburkan perasan jeruk nipis di atas darah Bagas yang masih basah di jalan. Mereka ingin membuat lelucon, menakut-nakuti teman yang lain bahwa arwah Bagas akan merasa kesakitan dan mendatangi siapa saja yang diinginkan. Entah, tak satupun dari mereka saling mengingatkan agar tidak melakukan hal konyol itu.
Arya yakin malam ini dia telah dikerjai oleh teman-temannya juga. Tapi, Arya merasa ketakutan. Tiba-tiba dirinya merasa bersalah karena tidak membersihkan darah bekas Bagas kecelakaan, malah membuatnya sebagai bahan bercanda dengan teman-temannya. Arya menyesal. Besok Arya akan datang ke makam dan meminta maaf kepada Bagas, karena itu akan membuatnya tenang dan mengurangi rasa bersalahnya.
Malam semakin naik, jalanan semakin sepi. Arya mengurangi kecepatan motornya, merenungi apa yang telah dilakukannya bersama teman-teman beberapa hari lalu. Sebuah bayangan berkelebat di sampingnya. Arya memasang matanya baik-baik, memastikan apa yang dilihatnya baru saja adalah salah. Seseorang berdiri di depannya, dengan sekuat tenaga Arya mengerem motornya. Jantungnya berdegup sangat kencang. Bagas berdiri tepat di depannya, wajahnya berlumuran darah. Tatapan matanya kosong, bibirnya pucat.
“Sakit, perih” kalimat itu muncul dari mulut bagas, membuat Arya gemetar dan tidak bisa bergerak ke manapun.
“Maafkan aku” hanya kata itu yang keluar dari mulut Arya.
“Tolong, bersihkan darahku, sakit..perih sekali” kembali kalimat keluar dari mulut Bagas terdengar menyayat hati.
Arya segera melaju dengan motornya, berusaha mencari pertolongan di jalan yang sangat sepi. Tiba-tiba Arya terkejut karena di depannya sangat ramai, Arya tahu keramaian itu pasti disebabkan kecelakaan. Arya memarkirkan motornya, ikut bergabung dengan keramaian. Kedau matanya terbelalak, mendapati Bimo terkapar di tengah jalan. Temannya meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Tubuh Arya lemas, rasanya ingin pingsan dan melupakan kejadian itu beberapa detik. Akhirnya Arya menguatkan dirinya sendiri, berjalan menuju tubuh Bimo. Saat tubuhnya membungkuk, seseorang menepuk punggungnya. “Jangan kucuri darahku dengan jeruk nipis, ya, aku tidak mau kesakitan seperti Bagas kemarin”. Tubuh Arya semakin gemetar, kembali berdiri, lalu melihat Bimo dan Bagas berjalan meninggalkan kerumunan yang mengangkat jenazah Bimo. Sebuah Truck melaju dengan cepat, melindas tubuh Arya dan meninggalkan potongan-potongan tubuhnya berserakan di aspal.
Rachmawati Ash. Wanita Scorpio dengan golongan darah AB
#Cerpen ini masuk 10 besar pada Event Urban Legend, Dibukukan dengan judul “Tebak Ada Apa Dibelakangmu” tahun 2020.