Apakah Perempuan Harus Dimenangkan?

Apakah Perempuan Harus Dimenangkan?

Apakah Perempuan Harus Dimenangkan?
Oleh : Lutfi Rose

Kali ini saya akan me-review novel berjudul: Perempuan yang Dimenangkan. Penulis novel ini adalah Indah Ershe. Untuk mengenal penulisnya lebih dekat, sila cek akun FB-nya dengan nama yang sama.

Baiklah, sebelum saya mulai, perlu saya ingatkan bahwa review ini murni subjektivitas saya sebagai pembaca, yang ilmu masih seuprit dan pengalaman juga masih jauh dari banyak. Jadi jika ada perbedaan pendapat atau masukan dari sudut pandang yang berbeda, tentu saya sangat menerima dengan senang hati.

Dari pertama saya membaca judul, novel ini sudah sangat menjual. Spontan saat membaca kalimat perempuan yang dimenangkan, saya langsung penasaran seperti apa perempuan hebat yang sampai harus dimenangkan? Tentu akan banyak konflik dalam alur ceritanya dan bakal menguras emosi. Judul yang sangat diminati mak-mak macam saya. Ups! Keceplosan.

Mulailah saya membaca lembar demi lembar. Lembar pertama penulis menyajikan konflik yang cukup kompleks, meski itu sangat mainstream, tahu kan ya? Perselingkuhan dan kebohongan. Oke, karena penyajiannya yang cukup berbeda, saya terus melanjutkan ke lembar-lembar berikutnya. Yup! Penyampaian karakter tokohnya cukup kuat, perubahan watak dari buruk berangsung membaik sangat kentara dapat saya rasakan. Di bagian ini saya acungi jempol, saya suka.

Lanjut pada alur cerita, ada alur mundur dan maju. Cukup bagus. Penulis memberi banyak kejutan di setiap babnya yang membuat saya bertahan tetap stay menyelesaikan bacaan hingga ending. Ya meskipun dari awal ending sudah dapat ditebak, tapi cukup ada kerikil-kerikil yang mampu memberi sensasi tersendiri di dalam perjalanannya.

Secara keseluruhan novel ini cukup menghibur. Bisa menjadi teman ngopi di sore hari. Recommended banget buat bucin sejadi yang memuja happy ending. Semua konflik tuntas diselesaikan oleh Penulis dengan mulus dan tidak gagal logika.

Hanya saja saya kurang nyaman dengan penyampaian setting yang kelewat detail di beberapa bagian. Terus terang saya dengan berat hati harus skip-skip beberapa karena merasa bosan. Sedangkan antiklimaks dari novel ini juga terlalu sempurna dalam kehidupan nyata. Its okay! Ini fiksi, jadi gak masalah. Hanya saja akan sangat sulit menemukan kehidupan dan watak sesempurna itu. Tokoh utama—Lily dan Reza—terlalu baik. Di mana perubahan wataknya terlalu sempurna. Sedangkan tokoh antagonis di dalamnya juga terlalu cepat tobatnya. Ah! Itu mah mau saya. Hehe.

Kalau saja kehidupan nyata bisa seindah itu.

Bagian yang paling membuat saya merasa terganggu adalah pesan-pesan moral yang terlalu gamblang disampaikan oleh Penulis. Karena ini POV 1, mungkin lebih enak jika pesan itu disampaikan melalui hal-hal tersirat sehingga pembaca bisa diajak berpikir lebih kritis. Itu seperti mendengarkan lagu Didi Kepot yang penuh perasaan lalu ditutup dengan lagunya Black Pink, bisa bayangin, kan?

Well! Buku ini lumayan bagus, ringan, dan tuntas. Kalian tak akan menyimpan tanda tanya setelah membacanya, cocok banget untuk hiburan di sela senggang. Membaca buku ini seperti kita makan dengan pembuka sedikit asam, dilanjutkan dengan makanan yang berbumbu lengkap dan penuh cabe serta lada, kemudian ditutup dengan disert yang supermanis, tak ketinggalan segelas air putih. Lengkap.

Oh ya, satu lagi. Secara kepenulisan, novel ini sangat rapi dan hampir tak ada saltik sepanjang perjalanan membaca. Kalimat-kalimatnya juga gak bakal bikin kalian mengerutkan dahi. Hanya saja untuk seharusnya dicantumkan batasan usia pembaca, karena saya menemukan banya “jebakan” mesra di sepanjang cerita.

Demikian review saya tentang novel Perempuan yang Dimenangkan. Tanpa mengurangi apresiasi pada sang Penulis, saya mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Terima kasih untuk karyanya dan ditunggu karya selanjutnya.

Sampai jumpa di-riview berikutnya. Bye bye. (*)

 

Lutfi Rose, seorang ibu dengan segudang cita-cita.

 

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply