The Twins
Oleh: Sinta Dewi Soebagio
Mentari bersinar cerah, mengawali hari kedua gadis remaja yang sama-sama memiliki wajah yang cantik dan menawan.
Rhea dan Rheina adalah dua gadis yang terlahir kembar. Hanya saja, Rhea terlihat lebih tomboi daripada Rheina yang justru lebih manis.
Di sekolah, diam-diam mereka menyukai laki laki yang sama, yaitu Adit. Bedanya, Rhea secara terang terangan menunjukkan rasa sukanya kepada Adit. Sedangkan Rheina, lebih menutupi perasaannya, dan memilih bermain dengan imajinasinya tentang Adit. Bahkan di kelas, Rhea tidak sungkan terang-terangan mendekati dan merayu Adit.
“Dit … udah makan? Ke kantin, yuk?” ajak Rhea.
“Nggak, ah, Rhe … gue nggak lapar!” jawab Adit, kemudian dia meninggalkan Rhea dan menghampiri Rheina di bangkunya.
“Rhein, ini gue ada cokelat buat elo,” kata Adit sambil memberikan sebungkus cokelat kepada Rheina.
Rhea yang memperhatikan Rheina dan Adit jadi marah. Dia menggebrak meja lalu keluar dengan muka masamnya.
***
Sore harinya, Rhea masuk ke kamar Rheina dengan muka sedikit jutek.
“Rhein, elo suka sama Adit?” tanya Rhea ketus.
“Ng … nggak!” jawab Rheina gugup, terlihat sedang berbohong.
“Elo bohong. Gue tahu elo suka sama Adit. Ingat ya Rhein, meskipun kita saudara, gue nggak mau ngalah sama elo,” jawab Rhea tegas lalu meninggalkan Rheina.
***
Malam harinya. Rhea mendapatkan surat misterius di dalam tasnya.
Jauhi Adit!
Hanya 2 kata yang tertulis di surat itu tetapi mampu membuat Rhea marah. Rhea berpikir jika surat itu dibuat oleh Rheina.
Namun, Rhea tidak menggubris isi surat itu.
***
Keesokan harinya, Rhea melihat Adit dan Rheina sedang duduk santai di taman sekolah.
“Rhein … elo sengaja ya, mau manas-manasin gue?” ucap Rhea sambil menarik Rheina kasar hingga buku yang dia pangku jatuh.
“Rhe, elo apa-apaan sih. Ngapain elo narik-narik Rheina sembarangan!” ucap Adit.
“Elo diem, Dit! Nggak usah ikut campur urusan gue sama Rheina!”
“Ini juga jadi urusan gue Rhe, karena Rheina lagi sama gue!”
“Sudah, Dit, biarin Rhea ngeluapin apa yang dia mau ungkapin sama gue. Mendingan elo tinggalin gue sama Rhea dulu,” ucap Rheina.
“Bagus! Elo akhirnya sadar kalo seharusnya elo itu ngejauhin Adit,” ucap Rhea.
Kemudian, Adit meninggalkan Rhea dan Rheina.
“Mau elo apa sih Rhe? Kenapa elo benci banget kalau gue dekat sama Adit?”
“Karena gue suka sama Adit! Gue nggak mau kalau Adit sampai suka sama elo!”
“Tapi, Rhe … gue nggak ngedeketin Adit. Adit yang justru ngedeketin gue.”
“Halah … itu cuma alasan elo doang kan supaya gue berpikir kalau bukan elo yang bersalah!”
Kemudian, Rhea meninggalkan Rheina dengan muka marah.
***
Sore harinya, saat Rhea akan mengerjakan tugas sekolah, tiba-tiba dia menjerit ketika membuka tas sekolahnya.
Rhea menemukan sebuah mainan ular di dalam tasnya. Di sana juga terdapat sebuah foto Rheina dan foto wajahnya yang terbakar.
“Siapa yang berani membakar wajah gue!” ucap Rhea.
Di foto itu hanya tersisa wajah Rheina. Hal itu yang membuat Rhea semakin marah. Rhea mendatangi kamar Rheina untuk mempertanyakan tentang foto itu.
Brak!
Rhea mendobrak pintu kamar Rheina, membuat Rheina yang sedang tidur terbangun karena kaget.
“Rhea, apa-apaan sih elo?”
“Diem elo! Lihat ini?” ucap Rhea sambil menunjukkan foto yang sudah setengah terbakar. “Ini semua perbuatan elo kan? Elo sengaja ngirim ular mainan ini sama foto wajah gue yang terbakar! Elo yang keterlaluan, Rhein!”
“Gue nggak tahu apa apa soal ini, Rhe!”
“Elo bohong! Di rumah ini hanya ada elo dan gue! Nggak mungkin orang lain yang ngelakuin ini.”
“Nggak, Rhe, gue nggak tahu apa apa tentang ini semua.”
“Bullshit!”
Dari kejauhan, Rhea menelefon Adit sehingga Adit mendengar semua percakapan Rhea dan Rheina.
Adit sedikit tidak percaya jika Rheina mampu melakukan hal itu kepada saudara kembarnya.
***
Keesokan harinya, mereka libur sekolah. Rheina memutuskan untuk berlibur di rumah neneknya untuk menghilangkan kejenuhan. Sementara Rhea, lebih senang menghabiskan waktu liburan di rumah.
Siang hari, Rhea menghabiskan waktu dengan tidur siang. Suasana hujan, membuat Rhea merasa kedinginan. Dia pun menutup semua jendela dan kelambu.
Dalam hening, tiba-tiba terdengar suara derap pelan langkah kaki menuju kamar Rhea.
Seseorang masuk ke kamar Rhea, mencoba melukai Rhea. Rhea pun terbangun dan berlari menghindari pelaku.
Rhea berusaha menelefon Adit agar Adit bisa membantunya.
Rhea berusaha menghindar, namun lengannya tergores pisau sang pelaku. Dia bersembunyi di bawah meja lalu berlari keluar rumah, hingga akhirnya Adit datang menolong Rhea.
Saat Adit menolongnya, tiba-tiba kaca rumah Rhea di lempar batu dengan sebuah surat terselip di batu itu.
Jangan dekati Adit!
Adit dan Rhea saling memandang satu sama lain.
“Dit, 3 hari yang lalu di sekolah, gue juga dapat surat ancaman seperti ini. Dan kemarin, di dalam tas gue, gue nemuin mainan ular yang sengaja ditaruh biar gue takut. Di situ juga ada foto dengan wajah gue yang terbakar. Gue yakin, Rheina pelakunya,” ucap Rhea.
“Bagaimana mungkin Rheina setega itu?”
“Bisa jadi, Dit. Karena selama ini, gue selalu ngelarang dia buat dekat dengan elo. Mungkin saja dia nggak terima dan akhirnya neror gue. Seperti sekarang. Elo bisa lihat sendiri kan tangan gue berdarah. Ini semua pasti ulah Rheina.”
Adit terdiam. Dia mulai percaya jika Rheina pelakunya, karena memang di sini hanya ada Rhea dengan keadaan yang terguncang. Dia sama sekali tidak menemukan Rheina di sana.
***
Keesokan harinya, Adit menemui Rheina untuk meminta penjelasan tentang kondisi Rhea. Namun, Rheina tidak mengerti sama sekali dengan pertanyaan dan tuduhan dari Adit.
Hubungan Adit dan Rheina pun merenggang.
***
Malam harinya, di sebuah taman yang gelap, Rhea menemui seseorang entah siapa.
Rheina membuntuti Rhea dari belakang. Mencoba mendekati Rhea dan seseorang di malam itu.
***
Keesokan harinya, Adit menemui Rhea di kelas dan langsung melabraknya.
“Jahat banget elo, Rhe! Tega banget elo nuduh Rheina yang ngelakuin semuanya sama elo,” ucap Adit.
“Elo ngomong apaan sih, Dit?” Rhea terkejut dengan ucapan Adit padanya.
“Ini! Ini adalah bukti kebohongan elo!” balas Adit sambil menunjukkan bukti pertemuan Rhea dengan seseorang yang sengaja disuruhnya berpura-pura menyerangnya ketika Rheina tidak sedang di rumah.
Flashback
Rheina menemukan tulisan yang menurut Rhea adalah surat ancaman padanya. Setelah diselidiki, ternyata tulisan itu sama dengan tulisan tangan Rhea.
Dan ternyata, memang Rhea yang sebenarnya menyerang dan meneror dirinya sendiri. Dia sengaja menjadikan Rheina kambing hitam agar Adit membenci Rheina. Dia ingin membunuh karakter Rheina di depan mata Adit.
“Keterlaluan elo Rhe … gue benci elo!” hardik Adit tegas.
Akhirnya Rhea menelan kembali kekalahan atas keegoisannya sendiri. Adit sudah tidak percaya dengan Rhea. Dia memilih Rheina untuk menjadi kekasihnya. (*)
Sinta Dewi Soebagio adalah putri pertama dari pasangan Anang Soebagio dan Didin Yuli Kusrini. Biasa dipanggil Sinta atau Balon, karena pipiku yang chubby. Lahir di Probolinggo 27 tahun yang lalu, tepatnya di Desa Pajarakan Kulon, Kabupaten Probolinggo, pada tanggal 14 April 1992. Memiliki hobi bernyanyi dan menulis. Semenjak duduk di sekolah tingkat dasar, kedua hobi tersebut mulai ditekuni. Berawal di SDN Pajarakan Kulon 1, SMPN Pajarakan Kulon 1, hingga ke SMKN 1 Kraksaan, hobi itu dia bawa. Kini gadis yang suka menulis itu sudah menjadi seorang ibu dari 2 orang jagoan.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata