Kompilasi Surat Cinta Terbaik (Part 1)

Kompilasi Surat Cinta Terbaik (Part 1)

Kompilasi Surat Cinta Terbaik (Part 1)

 

Surat milik Airin Ahmad, juara 1 Event Surat Cinta KCLK

Teruntuk : Mbak Kesayangan.

Assalamualaikum.

Gimana kabarmu, Mbak?
Lebaran ini kayaknya aku nggak bisa pulang. Semester depan jadwalku padat. Aku ambil semester pendek biar cepat selesai. Padahal, aku kangen. Kita ngobrol hingga larut malam sampai dimarahi Bapak, “Arep do turu ora to kui? Wis bengi isih do ting cekikik!” (Mau pada tidur tidak? Sudah malam masih pada tertawa.) Kemarahan yang tak jua membuat kita berhenti bercerita tentang apa saja. Kemarahan yang akan selalu kita rindukan. Kecelakaan itu sudah merenggut Bapak dan Ibu dari kita. Aku juga kangen mereka. Hiks.

Makasih banyak kiriman uangnya, udah aku ambil kemarin. SPP sama uang kost udah aku bayarkan, sisanya buat pegangan. Sampaikan maafku sama duo keponakan kesayanganku, ya? Maafkan bulikmu yang udah memangkas jatah jajan kalian. Doakan bulik (Bibi) sukses, biar bisa jajanin es krim kalian sepuasnya.

Andai Bapak dan Ibu masih ada ya, Mbak? Aku nggak perlu membebanimu seperti ini. Maafkan aku.

Gimana kabar pasien-pasienmu? Gimana juga ladang kentang dan kolmu, yang saat aku ke sana sedang subur-suburnya. Aku rindu masakanmu. Kita makan di saung tepi ladang sambil berkelakar, menikmati Gunung Kerinci yang menjulang di depan sambil memetik buah terong belanda untuk rujakan.

Yogya sedang dingin dan diguyur hujan, Mbak. Membuat tulang belakangku yang kecelakaan dulu itu terasa ngilu. Badanku juga merah-merah karena alergi.

Kau tau, Mbak? Teman-teman menertawakanku karena aku masih memakai ranselku yang koyak itu. Mereka bilang, “Anak pengusaha minyak, kok, masih pakai tas jebol. Jan ngirit kali lah.” Hahaha, aku cuma bisa tertawa, Mbak. Mereka pikir, orang-orang Sumatera tajir semua.

Dua bulan ini, aku nyambi ikut jualan pecel lele di Jl. Solo dekat kampus kalau malam. Ada pedagang yang butuh tenaga tambahan. Lumayan, minimal bisa numpang makan gratis selain dapat tambahan buat beli tas. Doakan aku kuat dan tetap sehat ya, Mbak.

Kau ingat kakak kelasku waktu SMU, si Usup, yang dulu kutaksir mati-matian? Ternyata dia juga kuliah di sini. Dia jajan pecel lele di tempatku kemarin. Malam itu aku kabur dari warung, Mbak. Malu! Asem tenan, kok. Haha. Tapi percayalah, adekmu ini kuat.

Sukses dulu baru mikir jodoh. Begitu pesanmu selalu. Aku ingin sukses sepertimu.

Gerimis udah datang lagi, Mbak. Tadi pas pulang kehujanan. Aku menulis ini sambil menggigil kedinginan. Aku istirahat dulu ya. Besok ada kuliah pagi.

Sampaikan salamku untuk ponakan-ponakan tersayang, juga suamimu.

Wassalamualaikum warahmatullah.
Yogya, 20 Januari 2020
Adekmu, Airin.

***

Surat milik Reni Hujan, juara 2 Event Surat Cinta KCLK

Kepada : Ibu Mertua
Dari : Menantumu

Assalammualaikum, Mama.

Apa kabarnya, Ma?
Semoga Mama senantiasa sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin ….

Belum ada satu bulan sejak pertemuan perdana kita, Ma. Rasanya aku bahagia sekali akhirnya bisa mengecup tangan Mama setelah delapan tahun sah menjadi istri anakmu.

Waktu dua minggu bersama kemarin, tidaklah cukup untuk kita saling mendekatkan diri. Kendala bahasa tentunya menjadi penghalang. Inilah satu kelemahanku, Ma. Aku tidak pandai berbahasa Mandar. Ingin rasanya seperti menantu pada umumnya yang mampu berbagi kisah dengan mertuanya.

Aku bahagia saat Mama menyukai tumis pareku. Itulah sebabnya, setiap pergi ke pasar aku tak pernah lupa membeli pare. Aku ingin membuat Mama tersenyum semringah saat masuk waktu makan.

Namun, ada beberapa hal yang masih mengganjal perasaanku. Selama delapan tahun itu, bukan kami sengaja tak ingin pulang kampung. Akan tetapi, kondisi keuangan tidak pernah mendukung untuk kami memiliki tiket mudik. Alhamdulillah, rezeki dari Allah datang pada lebaran kemarin. Akhirnya, aku dan anak-anak bisa menginjakkan kaki di kampung halaman ayahnya.

Sedih rasanya, Ma. Saat hari bahagia pernikahan, suami tidak ada yang menemani dari pihak keluarga. Ya begitulah, permasalahnya tetap sama, masalah keuangan. Jarak antara Malang dan Polewali tidaklah dekat. Beruntung, Ma, orang tuaku tidak mempermasalahkan hal ini. Bahkan, putra kesayanganmu itu bebas dari uang panaik layaknya yang terjadi di Mandar.

Namun, itu sudah berlalu. Kita semua akhirnya bisa berjumpa. Engkau pun akhirnya bisa memeluk cucu-cucumu.Tak ada yang perlu ditangisi lagi. Aku pun sama, akhirnya tatapan iba orang-orang padaku sudah sirna. Kisah seorang menantu yang tak pernah bertemu mertuanya.

Hanya satu yang seakaan membuatku merana. Dekapan mertua kepada menantu tak pernah jua kurasakan darimu. Ingatkah dirimu, Ma?

Saat tiba di rumah, ingin kupeluk tubuhmu. Namun, kau begitu antusias untuk menemui anak-anakku. Tak mengapa, aku sudah mempersiapkan rasa kecewa itu. Begitu pun saat pamit akan kembali ke Malang. Di depanku dan banyak saudara juga tetangga, penuh derai air mata kau peluk dan kecup suamiku dan anak-anakku. Sedangkan saat tiba giliranku? Hanya ciuman takzim di tangan yang kau hadiahkan pada menantu yang tak sempurna ini.

Tak perlu risau aku akan membencimu. Tentu saja aku tidak akan pernah melakukannya. Akan aku tabung lagi kerinduan untuk mewujudkan impian sederhanaku itu.

Terima kasih sudah melahirkan laki-laki salih yang sangat bertanggung jawab bagi keluarganya, Ma.

Aku menyayangimu karena Allah, ibu mertuaku.

Wassalammualaikum warahmatullah.

Malang, 20 Januari 2020

Tertanda,
Menantumu yang ingin dipeluk.

***

Surat milik Nisyala Nasution juara 3 Event Surat Cinta KCLK

Kepada : Tulang Rusukku

Dari : Tulang Punggungmu

Assalamualaikum WR. WB.

Beribu-ribu bunga di taman, hanya satu yang aku simpan.
Beribu-ribu bintang di angkasa, hanya satu yang aku pinta.
Beribu-ribu hari yang sudah kita lalui, hanya satu yang inginkan.
Beribu-ribu cinta yang kita satukan, hanya satu yang selalu aku doakan.

Berbaring bersamu, mulai saat di ranjang pengantin baru, sampai batu nisan kita ditulis bersisian.

Kita sering bertengkar, melempar barang, bahkan tidur tidak saling beradu pandang. Tapi, semua egois sirna saat tangan mungilmu memeluk dari belakang, lalu lirih kudengar kata maaf berulang.

Kita sering saling diam, duduk berseberangan, di peraduan kulihat selimut menutup hingga kepalamu. Tapi, kupastikan sesak di dadamu menghilang saat aku berlutut mencium tanganmu sambil meminta keluasan hati. Menerima diri ini kembali.

Kita sering bercanda, lalu tanpa sadar menyakiti. Kamu mengunci pintu kamar, tidak peduli walau aku sudah mengetuk berulang kali. Tapi aku tahu, saat berpura-pura terbuai dalam alam mimpi, tangan lembutmu mengurai tiap helai rambutku. Mengucapkan seribu kebaikan, tak lupa satu kecupan hangat mendarat di keningku yang berkeringat.

Kita sering salah paham, lalu aku pergi dari rumah untuk meredakan amarah. Sementara kamu menerka-nerka, apakah ada seseorang di luar sana, wanita lain yang kuberi cinta. Kamu tidak tahu, aku pergi hanya karena takut amarahku menyakitimu.

Sayang, seandainya kamu tahu betapa terpaksa aku melihatmu menangis, melepas mahkota wanita yang telah kamu jaga. Dipersembahkan dengan bangga kepada lelaki asing yang memberimu mahar tidak seberapa.

Sayang, seandainya kamu tahu bagaimana aku merasa bersalah, melihatmu kian hari makin lemah, membawa beban berat dalam rahim demi meneruskan zuriatku.

Sayang, seandainya kamu tahu saat aku ingin membunuh diriku sendiri. Melihatmu dalam kesakitan, berjuang antara hidup dan mati, demi melahirkan makhluk kecil yang kelak memanggilku Ayah.

Tidak mungkin bulan berpisah dari malam.
Tidak mungkin garam dihasilkan dari air sungai.
Tidak mungkin layangan terbang tanpa angin.
Tidak mungkin kapal berlayar tanpa nahkoda.

Hubungan kita bukan hanya tentang cinta dan kasih sayang, melainkan bukti patuh kepada Tuhan.

Semenjak aku mengikrarkan janji di depan penghulu, mengambil alih posisi ayahmu, tidak mungkin kutukar berlian dengan kerikil di jalanan.

Jadilah wanita yang menemaniku tidak hanya di dunia, tapi juga juga menjelma menjadi bidadari di surga.

Tidak ada gading yang tak retak. Karena kesempurnaan hanya milik Tuhan semata.
Kita bersama bukan karena memilih yang sempurna, melainkan saling menyempurnakan.

Kamu jadi tulang rusukku, dan aku jadi tulang punggungmu.

Wasalaikumsalam WR. WB

Dumai, 20 Januari 2020 (*)

 

Event Surat Cinta KCLK adalah event yang diadakan oleh grup Facebook Loker Kata dengan tiga penanggung jawab eventnya: Lutfi Rosida, Bu As Rachmawati, dan Evamuzy.

 

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply