Membicarakan Singkawang (Antologi Sajak Pradono)
Oleh : Imas Hanifah N.
(Sebelumnya, terima kasih untuk Bang Reza Maulana yang sudah memberikan buku keren ini.)
Pradono, penyair kelahiran Singkawang ini merupakan aktivis seni budaya Kalimantan Barat. Karya-karyanya telah dimuat di berbagai media dan juga diterbitkan dalam beberapa antologi.
Dalam buku antologi berjudul Singkawang ini, Pradono menorehkan 153 sajak yang terbagi dalam lima bagian. Kutulis Sajak, Menegur Hati, Bersamamu, Kitalah Penyaksi, dan Aku Ingin Pulang.
Kelima bagian itu memiliki jumlah sajak yang beragam serta tema yang berbeda pula.
Dalam bagian Kutulis Sajak, sajak-sajak Pradono berisi tentang penyair, puisi, dan sajak itu sendiri. Pandangannya mengenai penyair atau sajak dituangkan ke dalam bait-bait yang cukup sederhana namun berisi. Di dalam bagian ini juga terlampir sajak untuk penyair terkenal Chairil Anwar.
Beralih ke bagian kedua, yaitu Menegur Hati, bagian ini hanya berisi dua sajak saja. Yakni sajak kembali padanya jua dan perjalanan.
Dua sajak yang seolah menggambarkan kehidupan yang sementara.
Berikut sajak perjalanan yang singkat, namun begitu bermakna:
perjalanan
menghitung sisa usia
menakar lembar lembar makna
Dua baris yang cukup memberikan kita pemahaman mendalam kepada hidup. Bahwa hidup ini, ibaratnya merupakan sebuah perjalanan dan usia yang kita miliki akan selalu berkurang setiap harinya.
Lanjut ke bagian ketiga, Bersamamu. Merupakan sajak-sajak yang kesemuanya berisi mengenai kebersamaan. Mungkin, di sini sang penyair ingin sekaligus mengenang masa-masa dengan orang terkasih. Beberapa sajak bahkan ditujukan untuk sahabat yang sudah lebih dulu berpulang.
Bagian ini seolah menegaskan bahwa orang-orang terkasih di sekitar sang penyair akan abadi di dalam sajak-sajaknya.
Bagian keempat, Kitalah Penyaksi berisi banyak sajak yang berisi keadaan negeri dan kritik-kritik yang ditujukan kepada penguasa. Ada juga yang menggambarkan penderitaan rakyat dan lain-lain.
Beberapa judul sajaknya seperti MERDEKA, SAJAK HARI KESEKIAN REFORMASI, PEMILU, PEMILU, PEMILU, PEMILU! adalah sajak-sajak yang cukup mengentak.
Berikut cuplikan sajak PEMILU, PEMILU, PEMILU!
…
Hak rakyat dikamuflase
sebagai BLT, subsidi, jamkesmas, dan sebagainya
dibungkus rapi dan dicairkan
lalu diklaim sebagai Kebaikan Pemerintah Penguasa
Biadab!
Pemilu jadi ajang tipu menipu
dan eksploitasi hak rakyat!
Pemilu benar-benar jadi pemilu hati rakyat!
Poteng, Singkawang, 18 Juli 2013
Kemudian, bagian terakhirnya, Aku Ingin Pulang, berisi empat sajak saja. Yakni perempuanku, kekasihku, AKU INGIN PULANG, BERI AKU TUHAN, dan kalau kumati. Berisi mengenai keinginan sang penyair agar tetap dekat dengan Tuhan. Keinginannya dan kebimbangannya tentang bagaimana kehidupan akan berakhir.
Kelima bagian yang tentunya begitu mengena dan beragam. Sajak-sakak Pradono bukanlah sajak-sajak yang njelimet atau sulit dicerna. Diksi-diksinya sederhana dan mudah dipahami. Namun, itu tak lantas menjadikan sajak-sajaknya kehilangan nyawa. Setiap makna dari sajaknya selalu tepat
Salam Damai untuk Peradaban! kata sang penyair sebelum memulai sajak pertama di buku ini. Salam yang sangat keren.
Tasik, 2020
Imas Hanifah Nurhasanah. Penyuka kelinci, kucing, dan jus alpukat. Penulis buku Immortal Souls dan SMA ini, suka jika dipanggil ‘Honey’. Kenal lebih dekat dengannya, di Instagram: @hanifah_bidam atau akun Facebooknya: Imas Hanifah N.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata