Puisi-Puisi Denny Ketip (1)

Puisi-Puisi Denny Ketip (1)

BARISAN PEMBAWA DAMAI

Hevenu syalom

hevenu syalom

hevenu aleichem

barisan genderang berjajar di atas aspal

genderang yang baru saja diajarkan

orang muda membakar iman

bersama santri yang dijaga haji

menggenggam obor yang berzikir

 

barongsai di kepala

hevenu syalom menjadi ekor

tabuhan melonjak di perempatan

menjaga pelukan mesra yang baru saja

agar tetap mesra bersama romo

atau kiai yang berfoto bersama biksu

 

hevenu syalom

hevenu aleichem

rebana bermazmur dalam genderang

genderang bersyalawat bersama obor

obornya dijaga orang-orang muda

orang-orang muda yang mengenggam barongsai berlonjakan.

 

MENCARI SURGA

Jika tuhan yang kau cari

temukan di tong sampah gereja

ada sisa doa tercecer

dari pengampunan koruptor tak mau dipenjara

karna hidupnya sudah dibagi untuk gereja.

 

SAJAK UNTUK REMAJA

Malam itu

jam tangan tak lagi berdetak

mematikan khayal pada angin

menyentuk leherku

secarik kertas menitipkan hati yang

masih bertahan

tak ada puitika padamu lagi

malam ini, seperti malam itu

menahan sakit atas hari kita

yang pernah ada.

SAPI PENGKHIANAT

Aku sebut sapi

rumput bukan lagi makanannya

segala yang haram di surga

dilahapnya habis

kalaupun rumput

belinya memakai dolar

 

kotorannya juga bukan teletong

disimpan rapi dalam plastik

dijual murah pada tuannya

untuk dibagikan pada pengikut-pengikut tuannya

yang juga sapi

 

hidungnya ditarik tuannya

apa pun menurut saja

karena mau menjadi sapi

maka berkorban pada sang tuan

 

tuannya lebih gila dari sapi

haram tidak ada lagi

halalnya

haram yang dihalalkan

 

menjadi sapi

harus bisa menjaga sang tuan

salah tidak ada lagi

benarnya

salah yang dipaksakan benar

 

sapi…sapi

dipotong tak mau

dikorbankan tak mau

maunya menjadi kotoran bagi tuannya

sang tuan menyimpan kotoran

 

sapi dan tuannya

sama saja

pengkhianat negara

menjual alat negara

kursi

bangku

tiang bendera

gambar burung garuda

foto presiden dan wakil presiden

dijual habis laris manis

dan tuannya tertawa terbahak-bahak

“pintar sekali kamu sapiku”.

 

Denny Ketip, menetap di Lubuklinggau.

Pegurus dan Kontributor

Cara menulis di Loker Kita