Ayam Merah, Kuning, dan Hijau

Ayam Merah, Kuning, dan Hijau

Ayam Merah, Kuning, dan Hijau
Oleh : Mila Athar

Pagi yang cerah, Vino senang sekali. Hari ini Paman Beno akan datang berkunjung. Setiap kali Paman datang, dia akan selalu membawakan berbagai macam oleh-oleh untuk Vino. Mulai dari mainan mobil remote kontrol, kereta api, lego aneka warna hingga es krim super lezat berbagai rasa.

Maka tanpa disuruh, Vino telah mandi dan memakai bajunya sendiri tanpa disuruh atau dibantu Bunda. Dia tidak sabar menunggu paman kesayangannya. Vino penasaran apa yang akan dibawa paman kali ini. Dia mondar-mandir di depan pintu rumah. Berulang kali dia melihat ke arah pintu gerbang. Namun, orang yang ditunggunya tak kunjung datang.

“Bunda, Paman Beno mana, kok nggak dateng-dateng sih?”

Sambil cemberut Vino duduk di kursi makan dan melihat ke arah Bundanya yang sedang memasak. Dia lelah mondar-mandir dan bolak-balik ruang tamu dan pintu depan. Bunda yang melihat tingkah Vino hanya bisa tersenyum.

“Sabar, Paman mungkin sedang terjebak macet. Vino harusnya tahu, hari libur seperti ini biasanya banyak orang keluar dan pergi berlibur.”

“Iya, tapi kan katanya Paman datang sebelum siang. Ini sudah siang.”

“Sabar, Allah sayang loh sama anak yang sabar. Sambil nunggu mending Vino bantuin Bunda nyiapin bumbu buat masak.”

Bunda mengedipkan mata dan tersenyum. Vino menghela napas dan akhirnya mengangguk. Bunda bertepuk tangan dan menyerahkan sebuah wadah pada Vino.

“Kupas yang bersih ya bawang putihnya.”

Lagi-lagi Vino hanya mengangguk. Diambilnya pisau dan kembali duduk. Diraihnya satu bawang putih dan siap untuk mengupas. Baru satu bawang ditangannya, ia mendengar deru sepeda motor dari arah depan. Paman Beno datang. Ia telah hapal bunyi sepeda motor pamannya sejak dulu, bunyinya khas menurut Beno.

Ia segera berlari dan menimbulkan bunyi klontang karena menaruh pisau dan wadah sembarangan. Bunda yang melihat sikap Vino hanya menggelengkan kepala.

“Wah paman Beno datang,” Vino segera memeluk paman kesayangannya tersebut.

“Salam dulu dong Vin, masak langsung dipeluk aja,” jawab paman Beno sambil mengelus kepala Vino.

Vino hanya tersenyum. Dia mengucap salam dan mencium tangan pamannya. Kemudian Vino mengajak pamannya masuk ke rumah.

“Paman bawa apa?” tanpa basa basi, Vino bertanya ke pamannya. Vino melihat pamannya tak membawa apapun di tangannya. Dia agak sedikit kecewa.

“Oh, iya sebentar ya, Paman lupa,” sambil bergegas kembali ke luar rumah.

Tidak lama paman Beno masuk dengan membawa sebuah kotak persegi dari kawat dengan pegangan di atasnya. Semakin dekat Vino terkejut melihat hewan kecil warna-warni di dalamnya.

“Nih, Paman bawain ayam buat kamu. Dirawat baik-baik ya.”

Vino tertawa girang. Dia senang sekali pamannya membawakannya binatang peliharaan. Dia memandang kotak tersebut dengan antusias. Di dalamnya ada ayam berwarna merah, kuning, dan hijau seperti lampu merah yang sering dilihatnya di jalan-jalan. Ayam-ayam tersebut mencicit ramai melihat ke arahnya.

******
Pagi ini Vino segera berlari ke arah samping rumah. Dia melihat ayam merah dan hijau sedang mematuk beras di dalam kandang. Mereka seakan berlomba adu cepat. Vino asyik mengamati. Dia tidak begitu menyadari si ayam kuning sedang berdiri lesu di pojok. Si ayam mencicit pelan.

Vino memasukkan tangan dan mengelus bulu-ayam tersebut pelan-pelan. Bulu-bulu ayam tersebut terasa lembut di tangannya. Kemudian ia mengangkat kotak kawat tersebut ke dalam rumah.

“Beno, mau kamu bawa ke mana ayam-ayam tersebut?” Bunda bertanya ketika Vino melewati ruang tengah.

“Mau Vino bawa ke dalam kamar,” jawab Vino polos.

“Biarkan saja di samping rumah, kasihan ayam-ayammu kamu bawa ke sana kemari dari kemarin. Bisa pusing mereka nanti.”

“Ah bunda, Vino kan ingin mengajak mereka bermain. Tenang saja Vino akan menjaga mereka dengan baik.”

Vino menyanggah ucapan Bunda dan segera bergegas membawa mereka masuk ke dalam rumah. Seharian itu Vino bermain dengan ayam-ayamnya sampai lupa memberi makan. Bahkan tanpa pikir panjang, Vino meletakkan ayam-ayan tersebut di meja dekat kamar tidurnya.

******
Esok paginya, Vino kaget melihat ayam kuningnya tergeletak tak bergerak. Ia berlari ke luar kamar dan meminta bantuan bundanya.

“Bunda, ayam Vino kenapa?”

“Loh, ada apa?”

Bunda terperanjat melihat Vino datang dengan ayam kuning tergeletak di tangannya. Beliau kemudian memeriksa ayam tersebut dan menghela napas ketika melihat ayam kuning sudah tak bernyawa. Bunda menggeleng.

“Ayam kuning ini sudah mati,” kata Bunda pelan.

Vino refleks menjerit dan menangis keras. Bunda memeluk Vino dan mengelus kepalanya perlahan. Bunda membiarkan Vino menangis untuk beberapa saat.

Menjelang siang, setelah peristiwa ayam kuning mati, Vino hanya termenung di dalam kamar tak mau makan. Dua ayam merah dan hijau juga tak diperhatikannya. Dia merasa bersalah karena tak bisa menjaga ayam pemberian Paman Beno.

“Vin, makan dulu yuk,” tiba-tiba Bunda mengelus punggungnya. Vino hanya diam dan menggeleng.

Bunda kemudian duduk dan menatap Vino lembut.

“Mama cuma ingin bilang, ayam-ayam itu termasuk makhluk hidup ciptaan Tuhan. Mereka berbeda dengan mainan-mainan Vino selama ini yang ketika rusak bisa diperbaiki. Ayam Vino butuh diberi makan dan dibiarkan bebas menghirup udara luar.”

Bunda tersenyum menatap mata Vino. Vino hanya diam dan belum mau menjawab.

“Vino boleh mengajak mereka bermain, tapi lebih baik di luar ruangan. Biarkan mereka bebas bergerak. Sekarang Vino masih punya dua ayam merah dan hijau yang bisa dirawat. Kamu nggak ingin kan mereka mati juga?”

Vino cepat menggeleng.

“Maafin Vino ya Bun, dari kemarin nggak denger nasihat Bunda,” jawab Vino pelan.

“Iya, tidak apa-apa,” Bunda menjawab sambil mengelus kepala Vino.

“Yuk, sekarang makan dan nengokin ayam-ayam kamu. Jangan-jangan mereka juga ngambek makan kayak kamu,” canda Bunda.

Vino hanya tersenyum dan bergegas mengikuti Bunda ke luar kamar. Ia berjanji dalam hati akan menjaga sisa ayam merah dan hijaunya dengan baik.(*)

 

Mila Athar. Hanya seorang gadis biasa yang mencoba belajar beraksara yang terserak di semesta.

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply