Kertas Setoran Menuju Impian
Oleh : Lilis Setiowati
“Aku mau istirahat dulu ya, Bu. Ibu tolong nanti bangunkan aku jam tiga pagi untuk salat Tahajud, ya, Bu …,” pinta Banu sambil menarik selimut untuk tidur.
“Insya Allah, tidurlah dengan nyenyak …,” jawab Ibu.
Malam ini memang terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya. Hawa dingin memasuki musim penghujan sangat terasa. Namun, tak ada kata menyerah bagi bocah laki-laki berumur 12 tahun bernama Banu. Ia terlihat lebih bersemangat untuk membagi waktu belajar. Besok adalah hari pertama ujian sekolah untuk siswa kelas 6 SD Mutiara Hati. Sehabis isya Banu belajar untuk dua mata pelajaran yang akan diujikan besok, yaitu Bahasa Indonesia dan Pendidikan Agama Islam. Juga ada tambahan ujian hafalan Al-Qur’an juz 29 bagi Banu sehingga mengharuskan Ibu dan Banu membagi waktu dengan baik.
“Waktu memang begitu cepat berlalu. Rasanya baru kemarin naik kelas 6, hari ini sudah akan ujian sekolah dan akan lulus SD, kemudian melanjutkan ke sekolah lanjutan,” gumam Ibu.
Tak lama kemudian ia menyusul tidur karena waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tugas hidup sebagai ibu rumah tangga sekaligus wanita karir memang terasa begitu nikmat. Dikaruniai tiga anak ialah anugerah terindah yang dimiliki oleh wanita itu: Banu, Azhar, dan Ammar. Mereka adalah pengukir mimpi bagi ibu, jalan menuju surga. Alhamdulillah ‘ala kulli hal. Segala puji bagi Allah di setiap keadaan.
Kriiiing … kriiiing … kriiing …
Dering alarm mengagetkan Ibu yang terlihat masih nyenyak tidurnya. Ayah yang bangun terlebih dahulu lalu mematikan alarm itu, lalu membangunkan Ibu. Ibu pun kemudian pergi berwudu. Tak lupa ia membangunkan Banu.
“Mas Banu, ayo bangun. Sudah jam tiga. Segera lah berwudu, katanya mau Tahajud …!” perintah Ibu dengan nada agak tinggi mengetuk pintu kamarnya.
“Iya Bu …,” jawab Banu sambil menguap dan berjalan menuju kamar mandi.
“Kalau sudah salat Tahajud, buruan makan dulu, nanti keburu waktu sahur habis,” ujar Ibu kemudian sambil menata makanan.
“Siaaap Bu, nanti aku juga mau minum susu ditambah madu juga ya, Bu,” jawab Banu.
Setelah selesai salat dan makan sahur, Ibu keheranan melihat Banu mondar-mandir. Sepertinya ia sedang mencari sesuatu.
“Sedang apa, Mas?” tanya Ibu.
“Kertas setoran hafalanku di mana, ya, Bu? Aku lupa naruh di mana. Di tas nggak ada. Di laci meja sekolah juga kemarin nggak ada. Dicari-cari dari tadi nggak ketemu-ketemu. Huuuft ….” Banu sedikit cemas.
“Pelan-pelan nyarinya, jangan grusa-grusu begitu, nanti malah tidak ketemu-ketemu, coba diingat terakhir setoran diletakkan di mana,” tegur Ibu.
“O iya, aku ingat, aku selipkan di buku bahasa Arab ding. Waktu itu selesai pelajaran bahasa Arab setoran hafalannya, coba, hehehe …,” jawab Banu malu-malu.
“Nah, itu ketemu. Ya sudah ayo salat Subuh,” ajak Ayah.
Banu pun kembali ke kamar. Udara pagi yang sejuk memang sangat enak untuk melanjutkan tidur. Tapi tidak dengan Banu. Dia memilih untuk melanjutkan membaca Al-Qur’an dan menghafalkannya untuk ujian nanti. Meskipun puasa, dia tetap semangat belajar dan murajaah. Dia ingat cerita ustaz tentang si hafiz Al-Qur’an dari Indonesia yang bernama Brother Taqy. Lalu ia mendekat ke ibunya.
“Bu, doakan aku agar bisa menjadi hafiz Al-Qur’an ya, Bu. Seperti Brother Taqy. Dia diundang ke berbagai negara karena kemampuannya menghafal Al-Qur’an dan hebatnya lagi, Brother Taqy bisa meniru suara imam besar Masjidil Haram dan masjid Nabawi. Ia juga bisa jalan-jalan gratis ke mana saja. Pasti membanggakan dan asyik banget ya, Bu kalau aku bisa seperti itu, hehe …,” ucap Banu panjang lebar.
“Amin… Insya Allah, tanpa kamu minta, Ibu selalu doakan, Nak… Seperti halnya sabda Rasulullah, ‘Tiga doa yang tidak ditolak adalah doa orang tua terhadap anaknya, doa orang yang sedang berpuasa, dan doa seorang musafir.’ Maka banyak-banyak doa ya, Sayang. Baik untukmu ibu dan ayahmu, maupun untuk orang lain di dunia ini. Semoga apa yang kamu cita-citakan kelak akan tercapai,” jelas Ibu sambil memeluk anak sulungnya.
Banu pun mengaminkan doa ibunya dengan senyum lebar. Mereka tampak bersemangat menjalani hari. Senandung merdu hafalan Al-Qur’an terdengar di rumah setiap waktu.
Lilis Setiowati, ibu dari tiga anak yang tinggal di Banjarnegara. Sehari-hari mengajar di sekolah dasar. Ia mulai suka menulis cerita anak sejak tahun 2020 sebagai sarana untuk menebar kebaikan lewat tulisan. Karyanya antara lain buku fabel berjudul Persahabatan Bundun dan Cuko (Goresan Pena, 2021). Antologi cerita fabel: 100+ Fabel Motivasi (Goresan Pena,2021)
Editor : Uzwah Anna
Gambar : https://pin.it/2ohPT3O