Across The Universe, Melintasi Semesta
Oleh : Nining Kurniati
Sebuah tulisan bertema distopia oleh Beth Revis. Distopia itu sendiri adalah cerita yang menggambarkan kerusakan, tidak hanya pada satu tempat, melainkan keseluruhan alam semesta secara terus menerus. Perbedaan buku ini dengan buku lainnya yang bertema distopia adalah latar tempat yang digunakan tidak pada bumi. Namun, pada sebuah pesawat ruang angkasa yang disebut Godspeed. Bumi-surya—penyebutan untuk bumi—dianggap tempat yang harus ditinggalkan manusia untuk sebuah planet baru.
Pesawat itu dirancang sedemikian rupa dan mampu menampung ribuan manusia. TTidak hanya itu, kehidupan orang-orang di sana juga dirancang seperti di bumi. pesawat itu adalah miniatur kehidupan manusia bumi.
Ada pekerja sebagai petani, dokter, teknisi, sampai orang yang digolongkan memiliki penyakit kejiwaan pun ada. Dipimpin oleh seorang pemimpin yang disebut Eldest. Sistem kepemimpinannya seperti kerajaan. Jadi, yang melanjutkan adalah generasi dari Eldest ini.
Hal yang menarik dari buku ini adalah misteri yang diciptakan, terjawab dengan baik menjelang ending. Semua pertanyaan tersibak perlahan-lahan. Tidak dirasakan adanya ritme yang terlalu lambat ataupun cepat. Namun, tetap menciptakan rasa deg-degan ketika membaca, bahkan saya sampai menangis menjelang tokoh utama mengetahui rahasia besar dari benda raksasa itu. Di mana impian ternyata hanyalah angan-angan belaka.
Dengan menggunakan dua sudut pandang tokoh, perjalanan yang diceritakan begitu epik. Pada mulanya setiap yang diberangkatkan dimasukkan ke dalam sebuah kotak untuk dibekukan dengan mekanisme tertentu yang begitu detail diceritakan. Showing pada bagian ini membawa saya seperti sedang menonton film fiksi-ilmiah.
Tidak sembarang orang yang bisa berangkat begitu saja. Semua yang terpilih memiliki tugas pokok bila sampai di planet yang dituju. Nah, satu sudut pandang dalam buku tersebut dari anak pasangan yang terpilih karena bekerja di bawah pemerintahan Amerika. Anak perempuan itu, bernama Amy.
Amy berpikir setelah masuk ke dalam kotak tersebut, ia akan mengalami kematian sementara dan akan terbangun kembali setelah sampai di planet. Paling tidak begitulah yang diketahuinya, Namun, entah ada yang salah dengan kotak yang membawanya atau proses ketika ia masuk, ia tersadar selama berada di sana. Hanya saja ia tidak bisa bergerak, tidak mengalami kelaparan ataupun kehausan.
Kadang ketika ia terbangun dari tidurnya, ia akan mencoba menghitung dan mengira-ngira tahun berapakah sekarang atau kilas balik ke masa lalunya di bumi. Bagaimana seandainya ia tidak memilih ikut dan mendengarkan kata-kata orangtuanya untuk tinggal bersama paman dan bibi, pergi berkencan atau aktivitas-aktivitas lainnya. Sampai pada suatu waktu, kotak yang membungkusnya terbuka, dan ia diselamatkan oleh tokoh yang merupakan sosok calon pemimpin yang dipanggil Elder.
Elder adalah tokoh kedua di buku ini. Ia akan membicarakan bagaimana sistem di dalam pesawat. Ia sedang dilatih untuk nantinya menjadi pemimpin di pesawat itu oleh Eldest. Keduanya memiliki akses untuk memasuki semua bagian dari pesawat itu. Pengecualian beberapa ruangan dan gedung untuk Elder oleh Eldest karena dianggap masih muda dan belum lulus ujian kepemimpinan. Dalam pelatihannya itulah ia mencari tahu tentang pesawat dan mulai menemukan banyak kejanggalan.
Perbedaan kehidupan bumi dan di dalam pesawat begitu berbeda. Bumi selalu digambarkan tempat manusia selalu melakukan kejahatan, saling bunuh membunuh dan hanya menimbulkan kerusakan. Sedangkan di pesawat adalah tempat ternyaman, di mana semuanya serba terjamin, tidak ada kejahatan apalagi sampai tindakan kriminalitas. Namun kemudian, semua kenyamanan itu hanyalah fatamorgana.
Ning Kurniati, perempuan dengan mimpi yang terus bertambah-tambah. Dapat dihubungi melalui link bit.ly/AkunNing